Rabu 08 Jun 2022 10:40 WIB

Aktor Matthew McConaughey Desak Pemerintah AS untuk Kendalikan Kepemilikan Senjata Api

Presiden Joe Biden telah meminta Kongres untuk melarang senjata serbu.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Matthew McConaughey
Foto: EPA
Matthew McConaughey

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Aktor pemenang Oscar, Matthew McConaughey pada Selasa (7/6/2022), bertemu dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden di Gedung Putih untuk membahas pengendalian senjata api. McConaughey yang berasal dari Uvalde, Texas menyoroti peristiwa penembakan brutal yang terjadi di kampung halamannya, tepatnya di Robb Elementary School.

"Jadikan hilangnya nyawa ini menjadi masalah yang sangat penting," ujar McConaughey sambil mengangkat foto beberapa siswa yang tewas, dan menunjukkan sepatu kets hijau yang membantu mengidentifikasi jasad seorang anak perempuan berusia 10 tahun. 

Baca Juga

"Sembari kita menghormati para korban, kita perlu menyadari bahwa kali ini tampaknya ada sesuatu yang berbeda. Pihak yang bertanggung jawab dalam debat ini setidaknya berkomitmen untuk duduk dan melakukan percakapan nyata tentang jalan baru dan lebih baik ke depan," ujar McConaughey menambahkan.

Dua penembakan massal terjadi dalam waktu yang berdekatan di AS. Pada 14 Mei terjadi penembakan di Tops Friendly Market yang menewaskan 10 orang Afrika-Amerika. Penembakan tersebut didasari oleh kebencian rasial. Selang sepuluh hari kemudian, terjadi penembakan di Robb Elementary School, Texas yang merenggut nyawa 19 siswa dan dua guru. Peristiwa ini mendorong parlemen AS untuk memperketat aturan kepemilikan senjata api. 

Mantan Komisaris Pemadam Kebakaran Buffalo, Garnell Whitfield, kehilangan ibunya Ruth yang tewas dalam penembakan di Tops Friendly Market. Di hadapan para senator, Whitfield menyerukan agar para senator lebih baik mengundurkan diri jika tidak bisa bertindak untuk mengendalikan senjata api.

"Kami lebih dari terluka. Kami marah. Kami sangat marah. Nyawa ibu saya sangat penting. Tindakan kalian di sini hari ini akan memberi tahu kami betapa berartinya itu bagi kalian," ujar Whitfield dalam konferensi pers di Capitol Hill.

Pekan lalu, dalam pidato dari Gedung Putih, Biden meminta Kongres untuk melarang senjata serbu, memperluas pemeriksaan latar belakang  dan menerapkan langkah-langkah pengendalian senjata lainnya.  Namun, langkah semacam itu tidak mendapat dukungan luas di Senat, yang terbagi rata antara Partai Demokrat dan Partai Republik. 

Partai Demokrat sebagian besar mendukung perubahan undang-undang kepemilikan senjata yang lebih ketat. Sementara Partai Republik sebagian besar memiliki pandangan luas tentang perlindungan Konstitusi untuk hak kepemilikan senjata.  

Biden bertemu dengan Senator Chris Murphy, yang memimpin pembicaraan dengan sesama senator pada Selasa di Gedung Putih. Murphy berharap pekan ini ada kesepakatan mengenai aturan kepemilikan senjata api.

"Kami masih memiliki pekerjaan yang harus dilakukan di Senat. Saya bersyukur Gedung Putih memberi kami ruang yang diperlukan untuk menyelesaikan kesepakatan," kata Murphy kepada wartawan setelah berbicara dengan Biden.  

Senator sedang mempertimbangkan proposal sederhana termasuk mendorong negara bagian mengadopsi undang-undang "bendera merah", untuk menolak pembelian senjata api kepada orang-orang yang dianggap berisiko bagi keselamatan publik atau diri mereka sendiri. Usulan lainnya adalah peningkatan keamanan sekolah dan penguatan layanan kesehatan mental. 

"Menghentikan kekerasan senjata membutuhkan keberanian.  Sekarang adalah waktunya untuk bersatu, Demokrat, Republik, semuanya. Kita tidak boleh berhenti berjuang dan bertarung," kata mantan Perwakilan AS Gabby Giffords, yang juga korban kekerasan senjata. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement