REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bekerja sama dengan Bank Dunia merancang modal dana perantara keuangan (financial intermediary fund/FIF) dalam rangka membangun arsitektur kesehatan global."Seperti yang telah diusulkan oleh para pemimpin G20, bahwa WHO harus memainkan peran utama dengan memimpin pekerjaan teknisnya," Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam sambutan "2nd Health Working Group & Side Event One Health" di Lombok, NTB, Senin (6/6/2022).
Menurutnya, instrumen internasional itu menjadi penting untuk melengkapi peraturan kesehatan internasional yang mengatur respons global terhadap keadaan darurat kesehatan.Oleh karena itu, ia meminta kepresidenan G20 Indonesia untuk membentuk mekanisme permanen yang efektif dan adil.
"Kami juga mengusulkan perluasan badan dana untuk keadaan darurat guna memastikan pembiayaan yang dapat diskalakan dengan cepat untuk tanggap bencana," tuturnya.
Ia menekankan, dunia harus mengambil pelajaran dari pandemi Covid-19 ini. Pandemi Covid-19 adalah krisis global yang belum pernah terjadi sebelumnya.
"Ini mengajari kita, karena sejarah memberi tahu bahwa pandemi ini tidak akan menjadi yang terakhir," tuturnya.
Oleh karena itu, ujar dia, setiap negara harus menerapkan langkah-langkah untuk mencegah dan mempersiapkan pandemi di masa depan dan dampaknya.Dalam kesempatan sama, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa Indonesia telah memberikan pendanaan ke dana perantara keuangan (financial intermediary fund/FIF) dalam rangka memperkuat arsitektur kesehatan global.
"Bersama-sama kami telah sepakat untuk membentuk FIF dengan negara-negara G20, saya sudah komitmen kasih 50 juta dolar AS (setara Rp725 miliar, kurs Rp14.500)," ujar Menkes.
Ia mengharapkan banyak negara berkomitmen untuk memberikan dananya ke FIF sebagai bagian dari upaya dunia untuk memperkuat arsitektur kesehatan global."Jika negara Anda belum melakukannya, saya ingin mengundang Anda semua untuk menjadi bagian dari tujuan penting ini," tuturnya.