Senin 06 Jun 2022 15:10 WIB

Kena Sanksi Eropa, CEO Mesin Pencari Terpopuler di Rusia Mundur

CEO Yandex mendapat sanksi dari Eropa setelah dituduh membantu Rusia.

Yandex, mesin pencari terpopuler di Rusia
Foto: tangkapan layar
Yandex, mesin pencari terpopuler di Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Yandex Arkady Volozh mundur dari jabatannya. Dia mundur tidak lama setelah Uni Eropa menjatuhkan sanksi kepadanya karena membantu Rusia.

Volozh mendirikan raksasa internet Rusia ini pada 1997. Yandex mengumumkan pengunduran diri Volozh pada Jumat (3/6/2022) waktu setempat seperti dikutip dari Reuters, Senin (6/6/2022).

Baca Juga

Uni Eropa mengenakan sanksi kepada Volozh atas tuduhan membantu Rusia menyerang Ukraina secara "material atau finansial" .Dia mengatakan tuduhan Komisi Eropa tersebut sebagai "salah alamat". Meski pun ada sanksi, kata Volozh, dia menyerahkan pemungutan suara kepada direksi perusahaan.

Perusahaan Yandex tidak menjadi subjek sanksi Uni Eropa. Perusahaan mesin pencari tersebut menyatakan yakin pengunduran diri Volozh tidak berpengaruh terhadap operasi, keadaan finansial dan hubungan mereka dengan mitra.

"Direksi terus berfungsi secara normal. Yandex memiliki tim manajemen yang kuat, yang mampu membawa perusahaan ini ke tingkat berikutnya dengan dukungan yang kuat dari dewan," kata Yandex.

Rusia menyerang Ukraina sejak 24 Februari, mereka menyebut agresi tersebut sebagai "operasi militer khusus" untuk "denazifikasi" negara tetangga mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement