Senin 18 Apr 2022 19:42 WIB

Pasokan Terganggu, Eropa Alihkan Permintaan Batu Bara ke Adaro

Adaro telah kirimkan 300 ribu ton batu bara ke Belanda dan Spanyol

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
PT Adaro Energy Tbk (ADRO). PT Adaro Energy Indonesia Tbk. mulai menerima permintaan batu bara dari sejumlah negara di Eropa. Masuknya permintaan dari benua biru ini seiring dengan terganggunya pasokan batu bara akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
PT Adaro Energy Tbk (ADRO). PT Adaro Energy Indonesia Tbk. mulai menerima permintaan batu bara dari sejumlah negara di Eropa. Masuknya permintaan dari benua biru ini seiring dengan terganggunya pasokan batu bara akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Adaro Energy Indonesia Tbk. mulai menerima permintaan batu bara dari sejumlah negara di Eropa. Masuknya permintaan dari benua biru ini seiring dengan terganggunya pasokan batu bara akibat konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina. 

"Dengan adanya konstelasi antara Rusia dan Ukraina, memang sudah mulai ada sedikit permintaan dari Eropa," kata Direktur Keuangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk Luckman Lie saat konferensi pers, Senin (18/4). 

Menurut Luckman, Adaro telah melakukan pengiriman sekitar 300 ribu ton batu bara ke Belanda maupun Spanyol. Namun, pengiriman batu bara ke negara Eropa tersebut hanya sebatas penjualan spot atau tidak terikat komitmen jangka panjang. 

Meski sudah mulai terbuka untuk Eropa, Luckman menegaskan, Adaro masih fokus memprioritaskan pasar utamanya di Asia. Adapun negara tujuan ekspor terbesar Adaro di Asia meliputi Jepang, Korea, Cina, India, Hong Kong dan Malaysia.

"Kita fokus memenuhi semua komitmen kami kepada pelanggan yang sudah ambil batu bara kita dalam jangka waktu panjang," kata Luckman.

Presiden Direktur PT Adaro Energy Indonesia Tbk. Garibaldi Thohir meyakini permintaan dari negara-negara Eropa akan terus bertambah ke depannya. Meski saat ini di Eropa sedang gencar mengusung energi hijau, menurut Boy, batu bara akan tetap menjadi sumber energi paling efisien. 

Garibaldi melihat, kondisi perang yang saat ini melanda Rusia dan Ukraina kian meningkatkan permintaan batu bara dari Eropa. "Negara-negara di Eropa sangat menggantungkan sumber energinya pada Rusia. Begitu ada gangguan, mereka tetap mencari alternatif lain," ujar Garibaldi.

Adaro berkomitmen akan terus meningkatkan kapasitas. Dalam tiga sampai lima tahun ke depan, perseroan menargetkan dapat meningkatkan produksi hingga lima sampai enam juta ton batu bara per tahun. Pada tahun ini, Adaro menetapkan produksi batu bara sebanyak 3,3 juta ton. 

Pada tahun ini, Garibaldi optimistis kinerja Adaro akan tetap baik didukung kenaikan harga serta langkah efisiensi perseroan. Ia memperkirakan harga batu bara masih akan tinggi karena suplai masih belum bisa menutupi kebutuhan permintaan terutama di tengah konflik Rusia-Ukraina ini. 

"Pada tiga bulan pertama 2022 harga masih tinggi karena terpicu oleh perang," paparnya.

Sebagai informasi, sepanjang 2021 Adaro mampu membukukan pendapatan sebesar 3,99 miliar dolar AS. Dari pendapatan ini, perusahaan mengantongi laba 1,25 miliar dolar AS pada tahun lalu. Kenaikan pendapatan murni ditopang oleh kenaikan harga batu bara dunia yang hampir mencapai 70 persen dibandingkan 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement