REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. atau BNI (kode saham: BBNI) berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah dalam mengeksplorasi setiap peluang untuk bisnis perdagangan internasional. Sebagai mitra perbankan global, BNI menetapkan lima target segmen untuk bisnis internasionalnya, salah satunya adalah Diaspora.
Direktur Treasury dan International BNI Henry Panjaitan mengatakan selain Diaspora, segmen lain yang menjadi target BNI untuk bisnis internasional adalah UMKM, Komersil, Korporasi & anak perusahaan Indonesia, Multi National Company global & regional, serta Financial Institution & Investor. “BNI melalui jaringan internasional di luar negeri melakukan upaya-upaya strategis agar koneksi perdagangan international dapat terwujud melalui penyediaan produk-produk dan layanan baik banking maupun beyond banking,” kata Henry.
Melalui produk dan layanan tersebut, BNI akan membawa nasabahnya go global, baik mengajak perusahaan-perusahaan Indonesia untuk ekspansi ke luar negeri atau pun untuk mengekspor lebih banyak produk Indonesia. Adapun, sepanjang 2021 BNI telah menyalurkan kredit sebesar Rp 2,49 triliun melalui program Xpora.
BNI terus berupaya mendorong perusahaan-perusahaan dan UMKM untuk menjual produk yang mereka miliki ke luar negeri. Xpora merupakan akronim dari Export dan Diaspora.
Henry menyampaikan melalui Xpora, BNI akan membantu UMKM dan eksportir untuk memperluas pasar di luar negeri. Keberadaan kantor cabang luar negeri BNI dioptimalkan untuk mencari buyer terutama dari diaspora Indonesia yang ada di negara masing-masing.
Kemudian BNI secara reguler pertemukan antara eksportir dan importir tersebut melalui suatu business matching. Tentunya keberadaan BNI akan menambah keyakinan kedua belah pihak untuk merealisasikan transaksinya.
“Khusus di Hong Kong, model bisnis ini sudah berjalan dengan cukup baik dan sudah banyak deal-deal yang terjadi antara debitur di KCLN Hong Kong selaku importir yang membeli produk dari nasabah binaan BNI di dalam negeri,” jelas Henry.
Konsul Bidang Ekonomi KJRI Hongkong Slamet Noegroho mengatakan situasi global saat ini terutama kondisi pandemi Covid-19 dan geopolitik yang memanas berpotensi memengaruhi arus perdagangan dunia. Namun, khusus untuk Indonesia pada 2020-2021, situasi global tersebut tidak terlalu memengaruhi perdagangan bilateral Indonesia dengan dunia internasional.
Bahkan pada tahun 2021, Indonesia mencatat surplus perdagangan tertinggi sejak 2006 yaitu 35,34 miliar USD, sementara total ekspor kita 231,5 miliar USD tumbuh 41,88 % dari tahun 2020. "Untuk Indonesia dan Hong Kong, tercatat total perdagangan tahun 2021 mencapai 40,02 miliar HKD atau naik 25% dibandingkan tahun 2020 senilai 31,88 miliar HKD. Untuk investasi, Hong Kong bahkan menduduki posisi terbesar kedua investasi asing di Indonesia senilai 4,6 miliar USD, naik 30,4 % dari tahun 2020,” kata Slamet.