Rabu 13 Apr 2022 15:04 WIB

'UMKM Mampu Hadapi Tantangan Pandemi Melalui Transformasi Digital'

Permodalan juga jadi perhatian dari SRC bagi para toko kelontong anggotanya.

Transformasi digital (ilustrasi)
Foto: CNN
Transformasi digital (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama masa pandemi Covid-19 yang telah memasuki tahun ketiga pada 2022 ini, UMKM terus menjadi sektor andalan untuk memutar roda perekonomian. Masa pandemi Covid-19 ini juga menjadi momentum bagi para pelaku UMKM untuk melihat dan merasakan langsung manfaat dari transformasi digital. Meskipun harus diakui juga, pandemi membawa tantangan yang mengguncang sektor UMKM. 

Berdasarkan hasil survei dampak pandemi yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun lalu, sebanyak 94,69 persen dari total UMKM mengalami penurunan penjualan, di mana penurunan lebih dari 75 persn dialami oleh 49,01 persen usaha ultra-mikro. Lalu, 43,3 persen usaha mikro, 40 persen usaha kecil, dan 45,83 persen usaha menengah .

Berbagai upaya dilakukan para pelaku UMKM untuk dapat bertahan. Mulai dari penyesuaian barang dan jasa, pengurangan tenaga kerja, pengajuan kredit, penundaan pembayaran kepada pemasok hingga transformasi digital. Hasilnya, UMKM yang paling mampu menghadapi tantangan pandemi adalah mereka yang mulai melakukan transformasi digital.

Pada umumnya, proses transformasi digital yang kerap dilakukan oleh para pelaku UMKM adalah perluasan target konsumen. Dengan berjualan melalui platform digital, para UMKM tidak lagi terbatas lokasi fisik dann bisa menjangkau konsumen secara lebih luas. Namun, sebenarnya transformasi digital tidak terbatas pada perluasan target saja. Ada berbagai layanan digital lainnya yang bisa dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku UMKM. Seperti yang terdapat pada aplikasi AYO SRC.

 

AYO SRC merupakan aplikasi yang dikembangkan untuk Sampoerna Retail Community (SRC), komunitas toko kelontong binaan PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna). Komunitas yang berdiri pada 2008 dengan 57 toko di Medan, kini sudah mempunyai anggota lebih dari 160 ribu toko kelontong yang tersebar di 34 provinsi. 

Melalui AYO SRC, Sampoerna membentuk ekosistem digital yang menghubungkan produsen, grosir, peritel, dan konsumen serta menawarkan merek label pribadi (private label brands). Selain itu, AYO SRC juga menyediakan beragam layanan lainnya untuk mendukung kegiatan usaha sektor ritel skala UMKM.

Terlebih di tengah situasi pandemi dan pembatasan pergerakan masyarakat yang berlaku, aplikasi digital yang dapat menghubungkan UMKM dengan pemasok dan konsumen dapat meningkatkan daya tahan UMKM. Dengan digitalisasi, mereka tetap dapat bertransaksi dan melayani konsumen secara digital. Hal ini juga meningkatkan daya saing UMKM, khususnya dibandingkan pelaku retail modern yang mungkin telah lebih dahulu memanfaatkan teknologi digital.

Berbagai fitur lain juga diperkenalkan AYO SRC untuk mendukung tumbuh kembang toko kelontong. Salah satunya adalah akses pembayaran digital Pojok Bayar, yang memungkinkan konsumen untuk melakukan transaksi digital mereka melalui toko kelontong. Solusi payment points for online banking (PPOB) tersebut dapat dimanfaatkan antara lain untuk konsumen melakukan pembayaran tagihan, paket internet, top-up dompet elektronik, dan lainnya.

Permodalan juga menjadi salah satu perhatian dari SRC bagi para toko kelontong anggota. Dengan Pojok Modal, SRC membuka akses permodalan, menghubungkan anggota dengan layanan peer-to-peer lending terpercaya yang bermitra dengan Sampoerna. Fitur ini sangat membantu anggota SRC yang selama ini belum dapat tersentuh oleh layanan perbankan. 

Direktur Komersial Sampoerna Ivan Cahyadi menyebutkan SRC bermula dari perhatian tim komersial Sampoerna dengan para toko yang bermitra. 

"Waktu itu, tim di lapangan punya kegelisahan, mereka melihat toko kelontong semakin terdesak karena tidak punya modal, tidak punya akses ke digital, dan sebagainya. Dan dari sanalah, dan berpegang dengan Falsafah Tiga Tangan, kami membentuk program untuk membantu toko kelontong meningkatkan bisnis mereka dan ikut digitalisasi," tuturnya dalam siaran pers, Rabu (13/4/2022).

Ivan menambahkan, hal ini pun berlandaskan Falsafah Tiga Tangan perusahaan yang merepresentasikan konsumen dewasa, karyawan dan mitra usaha, serta masyarakat luas. "Sesuai Falsafah Tiga Tangan, Sampoerna selalu percaya keberhasilan perusahaan juga harus diimbangi dengan keberhasilan retailer, mitra, dan juga pemangku kepentingan lainnya, untuk bertumbuh bersama," katanya.

Tantangan pandemi kembali mengingatkan bagi seluruh pelaku usaha pentingnya untuk terus beradaptasi. Khususnya dalam mengikuti laju digitalisasi yang semakin kencang. Seperti halnya AYO SRC yang dikembangkan Sampoerna bagi toko kelontong binaan, serta pendampingan UMKM yang terus dilakukan perusahaan, pemulihan ekonomi nasional akan memerlukan berbagai pihak untuk saling mendukung dan saling mengangkat untuk dapat bersama-sama pulih dan menjadi lebih kuat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement