REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON DC -- Pembatasan global pada ekspor ke Rusia sebagai tanggapan atas invasinya ke Ukraina telah menutup pembuat mobil, menghentikan pekerjaan pada tank dan memotong akses pembuat komputer Rusia ke sirkuit yang digunakan dalam peralatan komunikasi. Hal itu diungkapkan seorang pejabat dari Amerika Serikat (AS).
"Tiga puluh tiga negara telah bergabung bersama dengan satu strategi kontrol ekspor," kata Asisten Sekretaris Administrasi Ekspor di Departemen Perdagangan Thea Kendler, seperti dilansir Reuters pada Kamis (31/3/2022).
Ia melanjutkan, kebutuhan menyatukan kolaborasi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kontrol ekspor dan langkah-langkah lain yang memiliki dampak berarti pada perang Putin.
Sementara, hanya sekitar 5 persen dari impor Rusia berasal dari Amerika Serikat, Kendler mengatakan, Uni Eropa dan negara-negara koalisi lainnya menyumbang sekitar 50 persen dari impor Rusia. Kontrol ekspor tidak pernah diharapkan memiliki efek langsung, katanya, tetapi mencatat pemerintah Ukraina melaporkan dua pabrik tank utama Rusia menghentikan pekerjaan karena kurangnya komponen asing.
Baikal Electronics, sebuah perusahaan semikonduktor dan produsen komputer Rusia, terputus dari sirkuit terpadu untuk mendukung pengawasan, server, dan peralatan komunikasi domestik lainnya, tambahnya. TSMC Taiwan, pembuat chip kontrak terbesar di dunia, keluar dari pasar Rusia, memotong Pusat Teknologi SPARC Moskow (SPN.AX) ke chip Elbrus, yang banyak digunakan dalam sistem intelijen dan militer Rusia, katanya.
Lada menghentikan produksi mobil karena kontrol ekspor merampas suku cadang dan pasokan yang dibutuhkan, tambahnya.
Renault (RENA.PA) , yang mengontrol perusahaan yang memproduksi Lada, mengatakan akan menangguhkan operasi di pabriknya di Moskow sementara menilai opsi pada saham mayoritasnya di Avtovaz AVAZI_p.MM, produsen mobil Nomor 1 di negara itu.
Renault tidak segera menanggapi permintaan komentar. TSMC juga tidak. Baikal Electronics, Pusat Teknologi SPARC Moskow, dan pembuat tank Rusia UralVagonZavod tidak dapat segera dihubungi untuk dimintai komentar.
Kendler mengatakan dia dan pejabat Departemen Keuangan dan Perdagangan AS lainnya melakukan perjalanan ke London, Brussel, Paris, dan Berlin untuk menyatukan koalisi, dan bahwa pembicaraan ekstensif juga sedang berlangsung dengan Jepang, Korea Selatan, Kanada, Australia, dan Selandia Baru. "Saya berharap dapat segera mengumumkan negara-negara kontrol ekspor yang berpikiran sama," tutur dia.