REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kementerian Pertanian (Kementan), menyampaikan level mekanisasi pertanian Indonesia hingga tahun 2021 tercatat mencapai 2,1 house power (hp) per hektare (ha). Level itu mengalami kenaikan 236 persen sejak tahun 2015 lalu yang hanya 0,5 hp per ha.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, Kementan akan mengejar peningkatan mekanisasi menembus 3,5 hp per ha pada tahun 2024 atau naik lebih dari 60 persen.
Peningkatan mekanisiasi secara signifikan perlu dikebut lantaran Indonesia sudah tertinggal. "Negara-negara lain pada tahun 2015 telah memiliki level mekanisasi yang jauh lebih tinggi," kata Syahrul dalam sebuah webinar, Rabu (23/3/2022).
Negara yang pertaniannya maju seperti Jepang mencatat telah mencapai level mekanisasi 16 hp per ha pada 2015, begitu pula Amerika Serikat yang menembus 17 hp per ha.
Di kawasan Asean, negara tetangga Malaysia sudah mencapai level 2,4 hp per ha, dan Thailan 2,5 hp per ha. Namun Indonsia sudah lebih tinggi dari Vietnam yang masih 1,5 hp per ha."Salah satu inovasi yang kita dorong untuk mendukung kemajuan mekanisasi pertanian adalah Taxi Alsintan," kata Syahrul.
Syahrul menjelaskan, lewat program itu, masyarakat petani bisa memilih alat dan mesin pertanian (alsintan) sendiri atau secara bersama-sama dengan pembiayaan melalui fasilitas bantuan kredit usaha rakyat (KUR) sektor pertanian.
Adapun, pada tahun ini, pemerintah telah mengalokasikan plafon KUR sebesar Rp 90 triliun. Angka itu mengalami kenaikan dari realisasi KUR pertanian 2021 yang sebesar Rp 85,6 triliun. "Melalui Taxi Alsintan, masyarakat dapat mengakses alsintan melalui fasilitasi KUR," ujarnya.
Sementara itu, Kepala BPPSDMP, Dedi Nursyamsi menambahkan, pengelolaan alsintan saat ini memang perlu lebih diseriusi pemerintah. Hal itu agar pengadaan alsintan yang sudah dilakukan dapat berkelanjutan dan dirawat petani.
"Kalau produktivitas pertanian tidak naik, padahal (pengadaan) alsintan naik signifikan, berarti ada yang salah dalam pengelolaannya. Jangan-jangan ada yang mangkrak," katanya.
Dedi menegaskan, jika keberadaan alsintan saat ini tidak dikelola dengan tepat dan dipelihara, maka manfaat yang akan diterima petani akan minimal. Karena itu, Taxi Alsintan diharap sekaligus menjadi solusi persoalan banyaknya alsintan yang terbengkalai."Taxi Alsintan adalah jawaban karena dengan pengelolaannya nanti bukan hanya petani menjadi bisa merawat tapi umurnya (alsintan) panjang alias berkesinambungan," kata dia menambahkan.