Selasa 22 Mar 2022 23:15 WIB

Jepang Keluarkan Permohonan Darurat untuk Hemat Energi

Hemat energi karena gempa besar hentikan beberapa pembangkit listrik dan cuaca dingin

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Orang-orang membersihkan jalan yang tertutup oleh tembok yang runtuh dari sebuah bangunan di Fukushima, Jepang utara Kamis, 17 Maret 2022. Gempa bumi kuat melanda di lepas pantai Fukushima di Jepang utara pada Rabu malam, menghancurkan perabotan, mematikan listrik dan membunuh beberapa orang. Tsunami kecil mencapai pantai, tetapi peringatan berisiko rendah dicabut pada Kamis pagi.
Foto: Kyodo News via AP
Orang-orang membersihkan jalan yang tertutup oleh tembok yang runtuh dari sebuah bangunan di Fukushima, Jepang utara Kamis, 17 Maret 2022. Gempa bumi kuat melanda di lepas pantai Fukushima di Jepang utara pada Rabu malam, menghancurkan perabotan, mematikan listrik dan membunuh beberapa orang. Tsunami kecil mencapai pantai, tetapi peringatan berisiko rendah dicabut pada Kamis pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang pada Selasa (22/3/2022) mengeluarkan permohonan darurat bagi warga, bisnis dan otoritas lokal untuk menghemat energi. Peringatan potensi pemadaman energi terjadi setelah gempa besar menghentikan beberapa pembangkit listrik dan cuaca dingin.

Salju telah turun di Tokyo dan suhu menurun tajam hingga empat derajat Celcius. Tokyo Electric Power Co mengatakan, antara 2 hingga 3 juta rumah tangga bisa kehilangan listrik setelah jam 8 malam waktu setempat.

Baca Juga

"Pada tingkat ini, kita semakin dekat ke keadaan di mana kita harus melakukan pemadaman listrik yang serupa dengan yang terjadi setelah gempa (Ahad lalu)," kata Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Koichi Hagiuda.

Hagiuda menyerukan tambahan 5 perden atau lebih penghematan daya setiap jam dari pukul 3 hingga 8 malam. Penghematan itu setara dengan sekitar 2 juta kilowatt per jam. Pengecer elektronik Bic Camera, telah mematikan sekitar setengah dari perangkat televisi di lebih dari 30 tokonya di Jepang timur.

Gempa berkekuatan 7,4 pada pekan lalu di lepas pantai timur laut, telah memutus aliran listrik ke sekitar 2 juta rumah tangga, termasuk ratusan ribu di ibu kota, Tokyo. Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno sebelumnya meminta warga di Jepang timur yang terkena dampak krisis listrik untuk menghemat energi.

"Kami meminta kerja sama Anda, seperti dengan menyetel termostat Anda sekitar 20 derajat Celcius (68 Fahrenheit) dan mematikan lampu yang tidak perlu," kata Matsuno dalam konferensi pers.

Matsuno menambahkan bahwa, permintaan untuk menghemat energi hanya berlaku sementara. Karena cuaca membaik, dan penambahan lebih banyak pembangkit listrik tenaga surya.

"Saya sering menggunakan pemanas sehingga saya akan mencoba untuk menghemat energi," kata seorang mahasiswa, Shuntaro Ishinabe kepada Reuters.

Gempa yang terjadi pekan lalu menyebabkan enam pembangkit termal tidak beroperasi di area cakupan Tepco dan Tohoku Electric Power Co. Gempa juga menyebabkan kerusakan peralatan, sehingga tidak beroperasi selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

Tepco mengatakan 100 persen kapasitas pembangkit listrik diperkirakan akan digunakan untuk memenuhi permintaan puncak di wilayah layanannya antara pukul 4-5 sore.  Layanan itu telah meminta tujuh utilitas regional untuk menyediakan pasokan listrik hingga 1,42 juta kilowatt untuk meredakan krisis.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement