Selasa 15 Mar 2022 17:59 WIB

Perang Rusia-Ukraina Sebabkan Harga Meroket

Rusia dan Ukraina wakili lebih dari setengah pasokan minyak biji bunga matahari duni

Rep: Fergi Nadira/ Red: Friska Yolandha
Petani memanen dengan kombinasi mereka di ladang gandum dekat desa Tbilisskaya, Rusia, 21 Juli 2021. Rusia dan Ukraina mewakili lebih dari setengah pasokan minyak biji bunga matahari dunia dan sekitar 30 persen gandum dunia.
Foto: AP/Vitaly Timkiv
Petani memanen dengan kombinasi mereka di ladang gandum dekat desa Tbilisskaya, Rusia, 21 Juli 2021. Rusia dan Ukraina mewakili lebih dari setengah pasokan minyak biji bunga matahari dunia dan sekitar 30 persen gandum dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengingatkan bahwa invasi Rusia ke Ukraina menjadi pedang yang berdampak buruk bagi ekonomi global. Dampak ekonomi atas perang terutama menimpa negara-negara berkembang dan miskin yang menghadapi meroketnya harga makanan, bahan bakar dan pupuk.

Guterres mengatakan pada Senin (14/3/2022) waktu setempat, bahwa Rusia dan Ukraina mewakili lebih dari setengah pasokan minyak biji bunga matahari dunia dan sekitar 30 persen gandum dunia. Ia mencatat, 45 negara kurang berkembang mengimpor setidaknya sepertiga gandum mereka dari Ukraina dan Rusia. Sedangkan 18 negara mengimpor setidaknya 50 persen.

Baca Juga

"Harga biji-bijian telah melampaui harga pada awal Musim Semi Arab dan kerusuhan pangan 2007-2008," kata Guterres dikutip laman Aljazirah, Selasa (15/3/2022).

Negara-negara tersebut termasuk Mesir, Republik Demokratik Kongo, Burkina Faso, Lebanon, Libya, Somalia, Sudan dan Yaman. "Semua ini memukul yang paling miskin dan menanam benih untuk ketidakstabilan politik dan kerusuhan di seluruh dunia," ujar Guterres memperingatkan.

Ia juga mengatakan negara-negara yang paling rentan telah berusaha untuk pulih dari pandemi COVID-19 dan bersaing dengan rekor inflasi, kenaikan suku bunga, dan utang yang menjulang sebelum perang Ukraina. Guterres mengumumkan tambahan 40 juta dolar AS dari dana darurat PBB untuk memindahkan pasokan penting makanan, air, dan obat-obatan ke Ukraina. Setidaknya 1,9 juta orang mengungsi.

Lebih dari 2,8 juta lainnya telah meninggalkan Ukraina ke negara lain. Wakil juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan, di kota pelabuhan Mariupol selatan yang terkepung, warga sipil yang terperangkap menghadapi kekurangan makanan, air, obat-obatan dan kebutuhan dasar lainnya yang mengancam jiwa.

PBB telah menjangkau 600 ribu orang di Ukraina dengan beberapa bentuk bantuan kemanusiaan. Namun permohonan kilat PBB sebesar 1,1 miliar dolar AS untuk membantu enam juta orang di Ukraina selama tiga bulan pertama sejauh ini hanya menerima 219 juta dolar AS. Haq mendesak negara-negara yang membuat janji untuk mengubahnya menjadi uang tunai.

Pada Ahad lalu, tiga badan PBB meminta untuk segera mengakhiri serangan terhadap fasilitas kesehatan. Mereka mengatakan sejak awal perang 24 fasilitas medis dan lima ambulans rusak atau hancur dan sedikitnya 12 orang tewas dan 34 terluka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement