Selasa 15 Mar 2022 16:01 WIB

Ahli Geologi Unsoed: Mitigasi Masif Diperlukan Pascakebocoran Gas di Dieng

Ahlo Geologi Unsoed menilai mitigasi masih diperlukan di kawasan Dieng soal gas bocor

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Bilal Ramadhan
BP Jamsostek memastikan pengobatan korban kebocaran gas PLTP Dieng. Ahlo Geologi Unsoed menilai mitigasi masih harus diperlukan secara masif di Dieng.
Foto: Dok Republika
BP Jamsostek memastikan pengobatan korban kebocaran gas PLTP Dieng. Ahlo Geologi Unsoed menilai mitigasi masih harus diperlukan secara masif di Dieng.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Insiden kecelakaan kerja kebocoran gas terjadi di sumur pengeboran pada PLTP Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, Sabtu (12/3/22) sore. Kecelakaan tersebut menimbulkan satu korban jiwa dan beberapa yang harus dilarikan ke rumah sakit. Diduga mereka telah menghirup gas beracun yang keluar dari sumur panas bumi.

Ahli Geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Sachrul Iswahyudi menjelaskan, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah tenaga listrik yang dihasilkan dari gerak turbin yang digerakkan oleh panas bumi.

Baca Juga

Pada saat kejadian relief valve terbuka secara otomatis di bawah standar tekanan yang seharusnya, sehingga mengakibatkan kebocoran.

"Kondisi yang terjadi di banyak lapangan panas bumi memang demikian, yaitu banyak mengandung gas-gas yang bersifat racun jika melebihi ambang batas yang bisa ditoleransi tubuh manusia, seperti gas CO CO2, H2S, SO2 dan lain lain," ujar Dosen Teknik Geologi Unsoed, Sachrul Iswahyudi, Selasa (15/3/2022).

Ia memaparkan, konsentrasi gas-gas beracun yang tinggi di Dieng mengingatkan akan “Tragedi Sinila” tahun 1979 yang merenggut 149 korban jiwa akibat terpapar gas beracun melebihi ambang. Saat tekanan menurun, salah satunya misalnya saat instalasi sumur panas bumi terbuka, maka gas-gas akan ikut naik ke atas mencapai permukaan.

Menurut Sachrul, kecelakaan ini mungkin tidak hanya menimbulkan kerugian material, tapi bisa juga immaterial berupa kekuatiran akan kecelakaan serupa yang akan terjadi di masa datang yang dapat menjangkau masyarakat setempat.

Pihak perusahaan, dalam hal ini Geodipa, telah mengeluarkan keterangan yang menyebutkan bahwa kecelakaan tersebut terkendali dan tidak menimbulkan kerugian lebih lanjut. Aparat keamanan juga masih terus melakukan investigasi lanjutan mengenai kecelakaan ini.

Sachrul menambahkan, keluaran gas-gas beracun tidak saja terjadi pada sumur-sumur panasbumi, tapi juga bisa terjadi di kawah-kawah yang banyak terdapat di Dieng.

Berkaca pada kejadian kecelakaan tersebut, lanjut Sachrul, upaya mitigasi terus-menerus dan lebih masif yang lebih luas di lokasi Dieng yang bertujuan untuk mengurangi kerugian atau resiko atas kemungkinan bencana alam yang akan timbul di masa datang, mutlak diperlukan.

Hal ini mengingat kondisi lokasi Dieng yang sangat dinamis, padat penduduk, sentra produksi pertanian kentang, dan destinasi wisata yang ramai pengunjung.

Upaya mitigasi yang akan dilakukan tergantung kondisi lokal setempat yang ada. Setiap lapangan panas bumi sendiri memiliki karakter atau keunikan tersendiri yang berbeda dengan karakter lapangan panas bumi lain.

"Keunikan tersebut bukan saja dari sisi teknis tapi juga dari sisi sosial budaya masyarakat setempat. Upaya mitigasi yang dilakukan pada lokasi panasbumi satu dengan yang lain mungkin sama tapi bisa juga berbeda," kata Sachrul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement