REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perang Rusia dan Ukraina diprediksi bakal berdampak pada kenaikan harga gandum dunia. Pasalnya, Ukraina menjadi salah satu produsen gandum dunia yang juga memasok kebutuhan industri tepung terigu di Indonesia.
"Tentu ada dampak. Namun, pabrikan industri tepung terigu akan mengalihkan pasokannya (impor) ke negara lain," kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo), Fransiscus Welirang, kepada Republika.co.id, Jumat (25/2/2022).
Fransiscus mengatakan, sejumlah negara siap menjadi alternatif untuk impor gandum jika harga gandum Ukraina mengalami lonjakan signifikan. Di antaranya Australia, Kanada, Amerika Serikat, Argentina, Brasil, hingga India. Kendati demikian, Fransiscus tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai kesiapan negara alternatif tersebut.
Lagipula, kata Franky, musim panen gandum Ukraina baru masuk pada semester kedua, yakni sekitar bulan Agustus-September mendatang. Sementara, eskalasi perang Rusia-Ukraina belum dapat diprediksi hingga kapan akan berlangsung.
Mengutip data International Grains Council (IGC), rata-rata harga gandum per 22 Februari 2022 sebesar 300 dolar AS per ton. Harga mengalami kenaikan 30 persen periode sama tahun lalu yang hanya 231 dolar AS per ton.
ICG menyebutkan, rata-rata harga gandum di sebagian besar negara produsen mengalami kenaikan yang cukup kuat. Salah satu faktor adalah ketegangan di kawasan laut hitam khususnya antara Rusia-Ukraina.
Penopang kenaikan harga juga berasal dari kekhawatiran terkait kekeringan di AS yang menjadi produsen gandum dunia. Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) memproyeksi adanya penurunan lebih lanjut terhadap produksi terutama di wilayah Kansas dan Oklahoma.
Adapun, volume impor biji gandum tanpa cangkang (kode HS 10019912) Indonesia dari Ukraina sepanjang 2021 mencapai 2 juta ton atau senilai 624,6 juta dolar AS. Volume impor tersebut setara 23 persen dari total impor biji gandum Indonesia tahun lalu yang tembus 8,4 juta ton.