Jumat 25 Feb 2022 09:37 WIB

Rencana Subsidi Kedelai, Ekonom: Hati-Hati dengan Data Importir

Ekonom menilai subsidi kedelai lebih mudah karena 90 persen diimpor

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di salah satu pabrik di Sentra Industri Tahu Cibuntu, Babakan Ciparay, Kota Bandung. Pemerintah berencana memberikan subsidi kedelai impor yang tengah mengalami kenaikan harga. Sasaran subsidi itu khusus untuk para perajin tahu dan tempe. Pemerintah pun diminta untuk memastikan data importir agar tidak terjadi kebocoran anggaran subsidi.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pekerja menyelesaikan pembuatan tahu di salah satu pabrik di Sentra Industri Tahu Cibuntu, Babakan Ciparay, Kota Bandung. Pemerintah berencana memberikan subsidi kedelai impor yang tengah mengalami kenaikan harga. Sasaran subsidi itu khusus untuk para perajin tahu dan tempe. Pemerintah pun diminta untuk memastikan data importir agar tidak terjadi kebocoran anggaran subsidi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berencana memberikan subsidi kedelai impor yang tengah mengalami kenaikan harga. Sasaran subsidi itu khusus untuk para perajin tahu dan tempe. Pemerintah pun diminta untuk memastikan data importir agar tidak terjadi kebocoran anggaran subsidi.

Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Rusli Abdullah, menuturkan, selama anggaran tersedia, langkah pemberian subsidi tentu tepat untuk meringankan beban masyarakat di tengah kenaikan harga kedelai.

Baca Juga

Pasalnya, kenaikan harga kedelai akan berkaitan langsung dengan harga produk tahu dan tempe yang menjadi sumber protein termurah bagi masyarakat Indonesia."Pemberian subsidi kedelai tentu akan jauh lebih mudah daripada minyak goreng karena kedelai hampir 90 persen diimpor," kata Rusli kepada Republika.co.id, Jumat (25/2/2022).

Rusli menjelaskan, dikarenakan mayoritas pasokan dari impor, maka skema subsidi dapat diberikan langsung kepada pihak importir sehingga harga jual kedelai ke perajin tahu tempe bisa dikurangi.

Hanya saja, pemerintah harus mampu memastikan volume kedelai dari importir yang disubsidi. Potensi kebocoran pasokan kedelai yang disubsidi wajib dicegah.

"Hati-hati terkait jumlah yang disubsidi jangan sampai ini jadi aji mumpung para importir kedelai untuk memanfaatkan situasi karena peluang moral hazard pasti ada," ujarnya.

Di sisi lain, Rusli mengatakan, subsidi untuk kedelai lokal juga perlu demi memberi rasa keadilan bagi petani. Terutama ketika harga kedelai impor akan lebih murah dari lokal setelah disubsidi.

Baca juga: Hati-Hati Terjebak Investasi Bodong, Ini Dua Hal yang Wajib Diperhatikan Investor

Sebagaimana diketahui, harga kedelai impor saat ini berkisar Rp 11.500 per kg, sedangkan kedelai lokal, berdasarkan keterangan Kementerian Pertanian di kisaran Rp 10 ribu - Rp 11 ribu per kg.

"Petani kedelai lokal harus dilibatkan dan sekaligus menjadi momentum agar produksi lokal bisa diserap karena harga kedelai bisa disamakan dengan subsidi. Ini sekaligus menjadi insentif untuk petani," ujar Rusli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement