REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank BTPN Syariah Tbk. mencatatkan berbagai pertumbuhan yang positif pada 2021. Hingga 31 Desember 2021, pembiayaan terhadap ultramikro tumbuh 10 persen menjadi sebesar Rp 10,44 triliun, dibanding periode yang sama sebelumnya Rp 9,52 triliun.
Pertumbuhan ini juga disertai dengan kualitas pembiayaan yang tetap terjaga, Non Performing Financing (NPF) tercatat di posisi 2,37 persen. Bank juga masih memiliki rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) yang kuat di posisi 58 persen.
Direktur Utama BTPN Syariah, Hadi Wibowo menyampaikan nilai tersebut jauh di atas rata-rata industri. Total aset tumbuh 13 persen (yoy) menjadi Rp 18,54 triliun dari Rp 16,44 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 12 persen (yoy) menjadi Rp 10,97 triliun dari Rp 9,78 triliun.
Baca juga: Harga Komoditas Bangkitkan Saham Energi, Ada yang Layak Beli dan Jual Loh!
"Laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp 1,47 triliun," katanya, Rabu (9/2).
Hadi mengatakan, BPTN Syariah dapat mencatatkan pencapaian ini berkat dukungan seluruh pihak. Mulai dari peran para bankir pemberdaya yang fokus melakukan pendampingan, nasabah pembiayaan yang terus optimistis, nasabah pendanaan yang penuh dukungan, hingga pemerintah dengan program yang seimbang antara pemulihan ekonomi nasional dengan program kesehatan masyarakat.
Regulator juga memainkan peran sangat strategis dengan meluncurkan berbagai program relaksasi. Menurutnya, ini memberikan nafas segar untuk perbankan. Masyarakat juga turut terlibat dalam berbagai program yang dijalankan BTPN Syariah.