REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembalap nasional Tomi Hadi menilai wajar jika Pertamina menaikkan harga BBM jenis Pertamax karena BBM RON 92 tersebut hingga saat ini masih bertahan pada harga sekitar dua tahun lalu.
"Sudah lama sekali Pertamax tidak naik. Jadi wajar kalau nanti Pertamina akan menyesuaikan harganya. Yang pasti, kalau pun disesuaikan, saya tidak akan pindah ke BBM lain," ujar Tomi di Jakarta, Selasa (8/2/2022).
Pembalap andalan Gazpoll Racing Team itu menyatakan, disandingkan dengan BBM beroktan lebih rendah, meski BBM RON 92 tersebut dijual lebih tinggi, tetapi sangat andal dalam merawat mesin.
"Jadi harga memang sebanding dengan kualitas. Kalau BBM RON rendah, bisa jadi berpengaruh kurang baik ke mesin. Biaya maintanance juga jadi lebih mahal. Makanya kalau dihitung-hitung, dengan keunggulannya itu Pertamax sebenarnya memang cukup murah," kata dia.
Tomi merasakan keunggulan BBM RON tinggi tersebut, tidak hanya terhadap performa mesin, tetapi juga karena memiliki emisi rendah yang ramah lingkungan. "Dari segi kualitas memang bagus. Juga ramah lingkungan untuk masa depan kita yang lebih hijau," tambahnya dalam keterangannya.
Menurut Tomi, yang pada November lalu mencetak sejarah sebagai pembalap pertama yang mencoba Sirkuit Mandalika, dirinya sudah lama memakai Pertamax, selain untuk mobil balapnya juga untuk mobil klasiknya. "Terbukti, bisa merawat mobil klasik saya yang punya mesin kuat. Biaya maintanance jadi tidak mahal. Dari kualitas oktan juga bagus, pembakaran jadi bagus, mesin lebih awet, dan tarikan jadi ringan. Selain itu, BBM ini juga ada dimana-mana," ujarnya.
Terkait harga jual BBM RON 92, Pertamina hampir dua tahun tetap mempertahankan yakni pada kisaran Rp 9.000/liter lebih rendah dibandingkan harga jual di SPBU asing yang beberapa kali menaikkan harga. Saat ini harga jual BBM dengan RON 92 di SPBU asing Rp 12.990 atau lebih tinggi dibandingkan Januari 2022 yang seharga Rp 12.040 per liter.