Rabu 02 Feb 2022 16:55 WIB

Kemenperin: Indeks Manufaktur Indonesia Lampaui ASEAN

PMI Manufaktur rata-rata negara ASEAN sebesar 52,7.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pengolahan nonmigas di Tanah Air masih menunjukkan geliatnya pada awal 2022. Hal ini ditandai dari hasil Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia Januari yang berada di level 53,7 berdasarkan survei IHS Markit.

Capaian pada bulan pertama tersebut naik dibanding Desember tahun lalu yang mencapai 53,5. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menilai, indeks di atas 50 menandakan industri manufaktur dalam tahap ekspansif. 

Baca Juga

PMI Manufaktur Indonesia pada Januari 2022 melampaui PMI Manufaktur rata-rata negara ASEAN (52,7), Malaysia (52,8), Filipina (50,0), Korea Selatan (51,9), Rusia (51,8), dan China (49,1). “Kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada para pelaku industri manufaktur di Tanah Air. Kabar baik ini merupakan sinyal atau indikator bahwa pelaku industri semakin optimistis terhadap kondisi ekonomi saat ini,” kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, Rabu (2/2/2022).

Menperin menegaskan, pemerintah bertekad terus menciptakan iklim usaha kondusif, meskipun di tengah tekanan gelombang ketiga pandemi Covid-19. “Berbagai kebijakan strategis telah dijalankan pemerintah dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, termasuk memberikan stimulus bagi pelaku industri agar bisa berproduksi dan berdaya saing,” tutur dia.

Menperin meyakini, sektor industri manufaktur tetap memainkan peranan penting bagi perekonomian nasional. “Peran penting ini dapat dilihat dari kinerja makro sektor industri manufaktur di beberapa indikator, misalnya dari realisasi investasi, capaian ekspor, dan penambahan tenaga kerja,” ungkapnya.

Dari sisi ekspor, industri manufaktur terus memberikan kontribusi paling besar. Nilai ekspor industri manufaktur pada 2021 sebesar 177,10 miliar dolar AS atau menyumbang hingga 76,49 persen dari total ekspor nasional.

Capaian tersebut melampaui nilai ekspor manufaktur sepanjang 2020 sebesar Rp 131 miliar. Bahkan lebih tinggi dari capaian ekspor 2019 yang berada di angka Rp 127,38 miliar. Sementara, realisasi investasi di sektor manufaktur pada tahun 2021 tercatat sebesar Rp 325,4 triliun atau naik 19,24 persen dari nilai investasi 2020.

Pada aspek ketenagakerjaan, sektor industri manufaktur menunjukkan pemulihan dari segi penyerapan tenaga kerja. Seiring bangkitnya sektor industri pengolahan dari dampak pandemi, ada tambahan penyerapan tenaga kerja sebanyak 1,2 juta orang pada 2021, sehingga jumlah total tenaga kerja di sektor ini kembali meningkat ke angka 18,64 juta orang

Menurut IHS Markit, sektor manufaktur Indonesia terus berekspansi pada tingkat solid di awal 2022. Kondisi permintaan secara umum menguat, sebagian karena catatan kenaikan pada penjualan asing yang mendukung kenaikan lebih tajam pada output manufaktur. Hal ini kemudian mendorong kenaikan aktivitas pembelian dan aspek ketenagakerjaan.

Menanggapi hasil survei PMI Manufaktur Indonesia pada Januari 2022, Jingyi Pan selaku Economics Associate Director IHS Markit, mengatakan kondisi pengoperasian di sektor manufaktur Indonesia membaik pada awal 2022. Permintaan klien berekspansi pada kisaran lebih tajam, didukung oleh catatan pertumbuhan permintaan baru dari luar negeri.

Sementara, kenaikan tingkat ketenagakerjaan dan aktivitas pembelian juga terlihat naik, sekaligus menggambarkan kondisi ekonomi yang lebih baik. “Waktu pengiriman dari pemasok tercatat jauh lebih baik, yang juga merupakan tanda positif. Penting untuk diamati jika kondisi terus membaik, karena tekanan harga masih tajam disebabkan permasalahan pasokan yang masih ada,” tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement