REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah meyakini defisit anggaran tahun ini akan lebih rendah dari pagu yang ditetapkan APBN 2022. Pada tahun ini, pemerintah menargetkan defisit anggaran sebesar 4,85 persen dari produk domestik bruto.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan defisit fiskal dan utang Indonesia selama pandemi termasuk yang paling terkendali dan produktif dalam menjaga maupun mengembalikan tekanan ekonomi sehingga menjadi lebih baik.
"(Target) defisit kita 4,85 persen dari GDP (APBN 2022). Angka ini lebih tinggi dari realisasi defisit 2021 yang sangat baik. Turun drop 4,7 persen. Kita berharap realisasi defisit 2022 akan lebih rendah dari dalam UU," ujar Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR secara virtual, Kamis (27/1/2022).
Menurutnya realisasi sementara APBN 2021, defisit anggaran sebesar 4,65 persen. Artinya target tahun ini lebih tinggi daripada realisasi tahun lalu.
"Kita sudah melihat momentum pemulihan ekonomi sudah cukup baik dan ini yang akan terus kita jaga," ucap Sri Mulyani.
Sri Mulyani menyebut, jika pemerintah mampu menurunkan defisit maka akan menghasilkan konsekuensi yang penting bagi Indonesia untuk menghadapi ketidakpastian global. Sebab, ketidakpastian global tersebut akan menciptakan spill over effect yang signifikan.
"Spill over effect-nya itu akan sangat mendominasi di sektor keuangan. Dari sisi capital flow, kenaikan suku bunga, nilai tukar dan dari sisi volatilitas di sektor keuangan. (Tapi defisit di bawah target APBN 2022) akan cukup bagus untuk memulihkan kembali fondasi kebijakan fiskal dan bisa menjaga perekonomian," ucap Sri Mulyani.
Dari sisi lain apabila defisit menurun, maka kebutuhan pembiayaan tahun ini juga akan berkurang. Seperti diketahui, sepanjang tahun ini kebutuhan pembiayaan tercatat Rp 868 triliun.
"Kalau kita mampu menurunkan defisit secara signifikan maka kebutuhan pembiayaan tahun ini juga akan makin menurun," ucap dia.