Rabu 29 Dec 2021 03:45 WIB

Harga Pangan Mahal di Akhir Tahun, Ikappi: Capaian Buruk Pemerintah

Kenaikan harga bahan pangan terjadi secara bersamaan menjelang akhir tahun ini.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Pedagang melayani pembeli di Pasar Botania, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (28/12/2021). Jelang akhir tahun, harga komoditas pangan mulai mengalami kenaikan diantaranya harga cabai rawit merah dari Rp55 ribu menjadi Rp100 ribu per kilogram, telur dari Rp45 ribu menjadi Rp54 ribu per papan sedangkan harga cabai merah rata-rata naik berkisar Rp52 ribu per kilogram.
Foto: ANTARA/Teguh Prihatna
Pedagang melayani pembeli di Pasar Botania, Batam, Kepulauan Riau, Selasa (28/12/2021). Jelang akhir tahun, harga komoditas pangan mulai mengalami kenaikan diantaranya harga cabai rawit merah dari Rp55 ribu menjadi Rp100 ribu per kilogram, telur dari Rp45 ribu menjadi Rp54 ribu per papan sedangkan harga cabai merah rata-rata naik berkisar Rp52 ribu per kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menyayangkan mahalnya sejumlah harga bahan pokok menjelang pergantian tahun. Ia menilai, kenaikan harga bahan pangan secara bersamaan pada pergantian tahun baru pertama kali terjadi.

Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga yakni telur ayam, cabai rawit, hingga minyak goreng. Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri, mengatakan, situasi kenaikan harga saat ini diluar dugaan.

Baca Juga

"Ini cukup mengagetkan masyarakat khususnya para ibu dan ini membuat kita semua menjadi sulit menghadapi perpindahan tahun," kata Ketua Umum Ikappi, Abdullah Mansuri kepada Republika.co.id, Selasa (28/12).

Pada komoditas telur ayam, Mansuri mengatakan harga biasanya sekitar Rp 23 ribu - Rp 24 ribu per kilogram (kg). Namun, hingga saat ini harga bahkan tembus hingga Rp 30 ribu per kg.

 

"Ini pencapaian yang buruk menurut kami. Kami memberikan rapot merah kepada Kemendag dan Kementan. Kami berharap agar harga telur bisa diantisipasi dengan strategi yang jelas," katanya.

Sementara itu, untuk harga cabai rawit merah, telah menembus lebih dari Rp 100 ribu per kg. Kenaikan harga saat ini mengulang kejadian yang terjadi pada pergantian tahun yang lalu.

Menurut dia, kenaikan harga disebabkan oleh kondisi curah hujan yang tinggi serta tingginya permintaan. Itu membuat hukum penawaran dan permintaan menjadi tidak seimbang. Mansuri pun meminta agar pemerintah membuat grand design khusus cabai rawit agar wilayah produksinya dapat diperbanyak.

"Tahun lalu harga Rp 100 ribu, tapi ini kembali terjadi bahkan lebih tinggi," ujarnya.

Adapun untuk harga minyak goreng sudah terjadi kenaikan harga dalam waktu cukup lama. Kenaikan harga yang saat ini mencapai lebih dari Rp 18 ribu per liter baru kali pertama terjadi.

Diakui kenaikan harga itu memang murni terjadi akibat tingginya harga minyak sawit (CPO) yang merupakan bahan baku minyak goreng. Namun, Ikappi meminta agar pemerintah melakukan upaya menurunkan harga bagi masyarakat.

"Kami berharap pemerintah mengantisipasi dan melakukan upaya lanjutan sehingga tahun 2022 minyak goreng segera turun harganya," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement