REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso mengajak kalangan muda untuk terjun ke sektor pertanian berbasis ekonomi hijau. Sektor ini dinilai memiliki potensi pengembangan yang masih besar dan sejalan dengan program Pemerintah dalam mengembangkan UMKM dan sektor pertanian.
“Saya berharap kaum milenial dapat merebut momentum yang disediakan pemerintah berupa pembiayaan murah dan luas serta adanya ekosistem mulai dari pembinaan, penjualan, sampai dengan ekspor produk yang dihasilkan,” kata Wimboh dalam Seminar Nasional “Tantangan Milenial Merebut Peluang Akses Pembiayaan Dalam Ekosistem UMKM dan Ekonomi Hijau” di Kantor OJK Solo, Selasa (28/12), seperti dalam siaran persnya.
Seminar diselenggarakan secara hybrid dan dihadiri Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka, Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto, Ketua Umum Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja dan Petani Milenial Hendi Nur Seto. Menurut Wimboh, kehadiran kalangan milenial dibutuhkan untuk terus mendorong pelaksanaan program keuangan berkelanjutan termasuk kepada pelaku UMKM di sektor pertanian baik di hulu maupun hilir.
“Pengelolaan sektor pertanian berbasis hijau ini diyakini mampu membuka lapangan pekerjaan baru mengingat saat ini masih terdapat lahan luas dan teknologi pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal oleh para petani Indonesia,” kata Wimboh.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga mengharapkan fenomena mulai banyaknya kalangan milenial yang terjun ke bisnis UMKM bisa semakin berkembang dan mendorong pengembangan ekonomi kecil dengan berbagai inovasi dan teknologi. “Sebenarnya diksi milenial itu yang muda berusaha. Fasilitasi dari OJK sangat penting buat kita, untuk membangun ekosistem UMKM,” kata Ganjar.
Sementara Menteri Pertanian menyampaikan bahwa Kementan telah mengeluarkan strategi pembangunan pertanian yang dapat mendukung ketahanan pangan, peningkatan daya saing, dan pertumbuhan ekonomi untuk diperkenalkan kepada milenial. Strategi tersebut di antaranya adalah peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan dan sistem logistik pangan, pengembangan pertanian modern, serta gerakan tiga kali ekspor (gratieks).
“Jadi ada berkat pelatihan teknis, pelatihan entrepreneur, pelatihan keuangan, dan pelatihan mengeluarkan KUR, harus dimainkan. Siapa pun pemerintah daerah boleh mendorong orangnya dan mencatat kepada dinas yang bersangkutan. Kalau sudah selesai dilatih, harus dimonitor kelanjutannya seperti apa. Memang tidak akan mudah, tetapi akan terus dijalankan,” ucap Syahrul.
Sementara itu dalam sesi diskusi Gibran mengatakan bahwa di Solo telah dilakukan pendampingan kepada pelaku UMKM untuk dapat mengakselerasikan usahanya dan melakukan digitalisasi. “Selama masa pandemi ini, kami pemerintah kota Solo sangat concern untuk mendampingi UMKM. Para UMKM benar-benar kami dampingi dan semuanya kami latih, kami dampingi dalam suatu program inkubasi dan akselerasi,” ucap Gibran.
Dalam mendukung kebangkitan UMKM, OJK juga terus mendorong transformasi digitalisasi secara terintegrasi dari hulu ke hilir guna mendukung kemudahan pembiayaan bagi UMKM dan meningkatkan pemasaran produk UMKM ke pasar global (ekspor). Digitalisasi tersebut mencakup pengadaan bahan baku, proses produksi, pemasaran di dalam dan luar negeri sampai dukungan pembiayaan.
OJK bersama dengan pelaku industri jasa keuangan juga melakukan berbagai aktivitas pembinaan dan pendampingan kepada UMKM. Keseluruhan kebijakan ini diharapkan dapat memenuhi target dari Presiden Republik Indonesia mengenai peningkatan kredit UMKM secara agregat pada tahun 2024 sebesar minimal 30 persen dari total kredit yang disalurkan perbankan nasional.