REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah meminta masyarakat untuk mengurangi mobilitas dan pertemuan secara langsung atau bertatap muka. Hal ini menyusul ditemukannya kasus Covid-19 varian Omicron.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah mewaspadai munculnya varian Omicron. Sebab mutasi baru dari virus SARS Cov-2 penyebab Covid-19 ini belum diketahui potensi dampaknya.
"Sekarang kita dihadapkan pada Omicron, kita harus sedikit berhati-hati," ujar Sri Mulyani saat webinar Sosialisasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP), Jumat (17/12).
Meski begitu harus diakui, hal ini bisa kembali memengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi. "Mengurangi mobilisasi dan pertemuan sehingga ini memengaruhi sosial maupun ekonomi masyarakat," kata dia.
Menurutnya pemulihan ekonomi masih terus berlangsung. Namun kondisi yang membaik ini bukan berarti pandemi telah berakhir.
"Kita juga melihat sekarang ada Omicron yang masih terus menjadi variant of concern yang masih kita tidak ketahui bagaimana akan berdampak. Apakah sama serius dan merusaknya dengan varian Delta atau lebih ringan?" ucapnya.
Sri Mulyani menyebut saat ini kondisi pandemi sudah mulai membaik dan terkendali. Tercatat jumlah kasus aktif sebanyak 5.000 kasus, jauh lebih kecil dibandingkan Juli 2021 sebanyak 574 ribu kasus aktif.
"Ini menunjukkan populasi atau kegiatan bisa kembali ke normal. Karena kita bisa melihat Covid-19 telah tertangani dan terkendali. Namun bukan berarti kita boleh lengah," ucapnya.