REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan ketersediaan pangan saat perayaan Natal dan Tahun Baru 2022 aman dan terkendali. Hal itu didasarkan pada prognosis ketersediaan dan kebutuhan pangan yang menunjukkan, sebanyak 11 komoditas pangan yang dipantau pemerintah dalam kondisi yang surplus.
Kepala Pusat Distribusi dan Akses Pangan, Badan Ketahanan Pangan, Kementan, Risfaheri, mengatakan, masyarakat dapat menyambut akhir tahun dengan aman meskipun di tengah pandemi yang masih berlangsung.
Kementan, kata dia, telah mengantisipasi potensi kenaikan permintaan bahan pangan di momentum nataru dengan melakukan pemantauan stok dan harga pangan secara berkala. “Secara nasional stok pangan kita aman, kita terus melakukan pemantauan agar tidak terjadi kelangkaan pasokan yang menyebabkan lonjakan harga yang tidak terkendali,” ujar Risfaheri, Rabu (1/12).
Berdasarkan prognosis pangan, neraca beras mengalami surplus hingga 9,3 juta ton dengan perhitungan perkiraan ketersediaan dari produksi dalam negeri 2021 ditambah sisa stok 2020 sehingga mencapai 39 juta ton. Sementara perkiraan kebutuhan dalam negeri sebesar 29,6 juta ton.
Untuk ketersediaan komoditas lainnya seperti cabai dan telur juga mencukupi dan masih surplus hingga akhir desember 2021. Cabai besar surplus sebesar 17 ribu ton, cabai rawit 14 ribu ton, telur ayam ras 23 ribu ton.
Sementara itu, Plt Kepala BKP Sarwo Edhy berharap kondisi pasokan pangan tetap aman dan terkendali. "Kita berharap pandemi yang masih berlangsung ini kita semakin kuat dan bertahan terutama dengan menjaga ketersediaan pangan terutama di daerah-daerah yang masyarakatnya mayoritas merayakan natal,” ujarnya.
Selain melakukan pemantauan pasokan, Kementan juga melakukan intervensi distribusi dari daerah surplus atau kelebihan produksi ke daerah defisit maupun yang mengalami lonjakan harga. Berbagai intervensi bantuan distribusi telah kami lakukan, antara lain dalam menjaga stabilasasi pasokan dan harga telur, jagung pakan dan cabai.
Stabilisasi pasokan dan harga pangan juga diupayakan dengan memotong rantai pasok pangan melalui optimalisasi Pasar Mitra Tani (PMT) yang ada di seluruh Indonesia. PMT menjual bahan pangan di bawah harga pasar karena memotong rantai pasok dengan membeli produk pangan langsung dari petani atau kelompok tani atau produsen pangan lainnya.
Sarwo mengatakan, pihaknya mengoptimalisasikan peran PMT dari tingkat pusat hingga kabupatan/kota. Bahkan, sejak bulan November di beberapa daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, hingga Papua telah aktif melakukan berbagai kegiatan dalam upaya stabilisasi pasokan dan harga pangan.
Strategi inti PMT yaitu dengan memotong jalur distribusi dianggap ampuh untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap bahan pangan pokok strategis, sehingga harga di PMT selalu di bawah harga pasar.