Selasa 23 Nov 2021 15:28 WIB

Erick Ungkap Sejumlah Tekanan Industri Logistik Saat Ini

Industri logistik masuk dalam visi Indonesia 2045.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Nidia Zuraya
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar memiliki potensi menjadi poros maritim dunia. Erick menilai upaya menjadi poros maritim dunia harus dimulai dengan membangun budaya maritim, baik pengelolaan sumber daya laut, pengembangan infrastruktur, maupun konektivitas maritim.

"Konsep tol laut yang sejalan dengan Nawacita Bapak Presiden, di mana kita mendapat arahan untuk visi Indonesia 2045, pembangunan dan pengembangan infrastruktur yang menghubungkan produksi ke distribusi dari wilayah barat sampai timur," ujar Erick dalam acara bertajuk 'Potret Masa Depan Industri Logistik Indonesia di Era Disrupsi' pada Selasa (23/11).

Baca Juga

BUMN sebagai sepertiga kekuatan ekonomi Indonesia, Erick melanjutkan, siap memikul amanah tersebut demi mewujudkan cita-cita Indonesia yang merdeka dan berdaulat, salah satunya dengan menjaga konektivitas dari Sabang sampai Merauke. "Tentu ini seiring dengan kompleksitas tinggi yang sedang dihadapi dunia saat ini menuju 2022," ujar Erick.

Erick menilai industri logistik Indonesia saat ini menghadapi banyak tekanan dan tantangan, mulai dari kerentanan rantai pasok global seperti kekurangan kontainer dan keterlambatan pengiriman; tekanan perdagangan global akibat penerapan sejumlah kebijakan proteksionisme, perang dagang, dan peningkatan pajak; serta global shock yang menurunkan permintaan sejumlah komoditas bahan baku industri, produk jadi industri, hingga barang impor dan ekspor.

"Kemarin saya baru saja rapat dengan Dubes Korea Selatan yang mana untuk pertama kalinya juga Korea kekurangan untuk urea untuk industri, minta kita ekspor ke sana dan ini hal yang terjadi saat ini," kata Erick.

Dalam mengatasi tekanan perdagangan global, Erick menekankan pentingnya menjaga sumber daya alam untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia, bukan justru untuk negara lain. "Harga sekarang komoditas makin tinggi. Ini yang perlu kita antisipasi, jangan sampai kita tidak siap yang akhirnya kita mendapatkan shock yang terjadi saat ini," ujar Erick.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement