Senin 22 Nov 2021 21:17 WIB

LPS: Jumlah Uang Beredar Tumbuh Positif

Jumlah uang beredar tumbuh 15,37 persen yoy pada Oktober 2021

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melayani nasabah di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Arthaprima Danajasa, Kota Bekasi. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, Monetary Base (M0) atau jumlah uang beredar di pasar yang telah dikeluarkan oleh Bank Sentral, telah menunjukkan tren pertumbuhan. Pada Oktober 2021, M0 mencatatkan kenaikan sebesar 15,37 persen Year on Year (YoY).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melayani nasabah di Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Arthaprima Danajasa, Kota Bekasi. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, Monetary Base (M0) atau jumlah uang beredar di pasar yang telah dikeluarkan oleh Bank Sentral, telah menunjukkan tren pertumbuhan. Pada Oktober 2021, M0 mencatatkan kenaikan sebesar 15,37 persen Year on Year (YoY).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, Monetary Base (M0) atau jumlah uang beredar di pasar yang telah dikeluarkan oleh Bank Sentral, telah menunjukkan tren pertumbuhan. Pada Oktober 2021, M0 mencatatkan kenaikan sebesar 15,37 persen Year on Year (YoY).  

Menurut Purbaya, pertumbuhan positif tersebut menunjukkan uang atau dana benar-benar sudah berada di sistem. LPS dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) pun akan terus memastikan M0 tetap tumbuh positif.

"Mungkin dalam 5 bulan terakhir sudah tumbuh positif double digit, sekali lagi ini menunjukkan bahwa dana masyarakat dan juga dana pemerintah sudah ada di sistem dan siap membiayai ekspansi ekonomi kita ke depan, perkiraan kami ekonomi nasional akan tumbuh, bahkan tumbuh lebih cepat lagi," ujar Purbaya melalui siaran pers, Senin (22/11).

Di sisi lain, pulihnya aktivitas ekonomi dan membaiknya tingkat keyakinan konsumen telah mendorong deposan menggunakan simpanannya untuk belanja dan berinvestasi. Kemudian dari sisi intermediasi keuangan, kredit perbankan sudah tumbuh positif selama empat bulan terakhir sejak Juni 2021.

Per September 2021, kredit perbankan telah tumbuh 2,21 persen. Purbayan mengatakan, pertumbuhan positif ini terjadi baik di sisi kredit konsumsi, modal kerja, maupun investasi.

Perbaikan likuiditas perbankan nasional sejalan dengan upaya pemerintah yang secara aktif melakukan injeksi melalui aktivitas fiskal, terutama sejak Semester II 2020. Perkembangan positif dari pemulihan ekonomi,  tidak terlepas dari adanya sinergi dan koordinasi kebijakan yang baik antara Pemerintah bersama Kementerian Keuangan, BI, OJK, dan LPS yang tergabung di dalam KSSK. 

"Bersama-sama, KSSK senantiasa mempererat koordinasi untuk mengantisipasi berbagai potensi risiko bagi SSK, dan terus mendorong upaya percepatan pemulihan ekonomi nasional," tambahnya. 

Jika melihat dinamika global, Purbaya menilai, kebijakan moneter AS tetap akomodatif meskipun bank sentral AS The Fed mulai melakukan pengurangan pembelian US Treasury atau tapering off. Menurutnya The Fed telah dengan baik mengkomunikasikan kebijakan ini jauh sehingga efek tantrum secara global tidak terjadi seperti pada 2013 yang lalu. 

Jika dicermati, data siklus bisnis AS dengan siklus bisnis Indonesia, secara historis terdapat korelasi yang positif. Ekspansi ekonomi yang positif di AS akan diikuti pula oleh ekspansi ekonomi di Indonesia. Saat ekonomi AS pulih dari resesi dan tumbuh positif, maka dampaknya akan positif pula kepada Indonesia.

Oleh sebab itu, lanjut Purbaya, Indonesia tidak perlu khawatir dengan tapering dan potensi kenaikan Fed rate di 2022. Kebijakan yang akomodatif, baik di sisi fiskal maupun moneter akan mampu menjaga pemulihan ekonomi nasional untuk tetap solid di tahun depan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement