Ahad 21 Nov 2021 13:44 WIB

Demi Menjaga Tingkat Ekspor Berkelanjutan

Negara jangan hanya mengandalkan ekspor komoditas, itulah pentingnya hilirisasi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Suasana aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (16/11). Ekspor komoditas sangat rentan karena bergantung pada harga-harga yang volatile.
Foto: Prayogi/Republika.
Suasana aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (16/11). Ekspor komoditas sangat rentan karena bergantung pada harga-harga yang volatile.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat ekspor Indonesia yang mengalami kenaikan signifikan selama pandemi perlu terus dijaga trennya. Ekspor kuartal III 2021 bahkan tumbuh hingga 29,16 persen setelah pada kuartal III 2021 juga naik hingga 31,98 persen.

Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, IGP Wira Kusuma mengatakan tingkat ekspor ini melebihi nilai sebelum terjadi pandemi. Menurutnya, pemerintah terus berupaya akan tingkat ekspor tersebut tetap mengalami tren naik.

Baca Juga

"Memang kita sangat menikmati Sumber Daya Alam, pemerintah juga mengerti bahwa kita tidak boleh mengandalkan ekspor komoditas makanya kita perlu optimistis terus untuk hilirisasi," katanya dalam Pelatihan Wartawan Bank Indonesia di Surabaya, Sabtu (20/11).

Ekspor komoditas sangat rentan karena bergantung pada harga-harga yang volatile. Maka dari itu, proyek-proyek smelter terus digalakkan yang diharap bisa menunjang pertumbuhan positif ekspor secara berkelanjutan.

Senior Economist dan Founder The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip menambahkan Indonesia sejak dulu memang dihantui penyakit komoditas bahan baku. Saat terjadi booming commodity sekitar tahun 2012, tiba-tiba banyak muncul orang kaya baru karena harga global yang melonjak secara drastis.

"Waktu itu BI sampai menaikan Loan to Value untuk KPR demi pengetatan pembelian rumah yang masif, jadi harga properti naik gila-gilaan," katanya.

Maka dari itu, Indonesia perlu terus menghindarinya. Sejumlah larangan ekspor bahan mentah telah dilakukan pemerintah, seperti nikel, agar produknya bisa diproses di dalam negeri sehingga harga jual untuk ekspor bisa lebih tinggi.  

"Konsistensi dalam melaksanakan UU Minerba itu untuk hilirisasi sangat penting, memang akan butuh waktu tapi yang penting konsistensi semangat hilirisasi itu harus terus dijaga," katanya.

Ia juga mencontohkan kenaikan harga yang terjadi pada minyak goreng saat ini. Kenaikan harga CPO di tingkat global juga membahayakan inflasi dalam negeri. Sunarsip menyebut ada potensi kenaikan tarif listrik yang ditahan oleh pemerintah. Karena jika listrik naik maka akan diikuti dengan inflasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement