Selasa 16 Nov 2021 15:15 WIB

Penghimpunan Dana di Pasar Modal Tertinggi dalam Sejarah

Penghimpunan dana di pasar modal pada 2 November 2021 sebesar Rp 274,32 triliun.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Karyawan mengamati layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (12/11). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal pada 2 November 2021 sebesar Rp 274,32 triliun.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan mengamati layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (12/11). Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal pada 2 November 2021 sebesar Rp 274,32 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penghimpunan dana di pasar modal pada 2 November 2021 sebesar Rp 274,32 triliun. Ini merupakan yang paling tinggi dalam sejarah Bursa Efek Indonesia (BEI).

"Penghimpunan dana di pasar modal pada 2021 telah melampaui tahun lalu," ucap Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso dalam acara CEO Networking 2021 di Jakarta, Selasa (16/11).

Baca Juga

Adapun penghimpunan dana pada awal November tersebut berasal dari 145 penawaran umum. Selain itu, Wimboh menyebutkan masih terdapat 84 penawaran umum senilai Rp 49,19 triliun yang masih terdapa dalam pipeline, yang masih belum diketahui akan dilakukan pada 2021 atau awal 2022.

"Dengan demikian terdapat 37 emiten baru yang melakukan penawaran di 2021," katanya.

OJK mencatat nilai penawaran umum terbesar dilakukan oleh sektor keuangan dengan porsi 59,9 persen dari total penawaran. Kemudian, disusul oleh sektor material dasar 14,9 persen, teknologi 8,8 persen, infrastruktur 5,1 persen, industri 3,7 persen, properti dan real estat 3,4 persen, kesehatan 1,6 persen, barang konsumen primer 1,3 persen, dan barang konsumen non primer 0,4 persen.

Di sisi lain, Wimboh mengatakan investor pasar modal kian meningkat signifikan di tengah pandemi menjadi 6,4 juta atau tumbuh 102,97 persen jika dibandingkan tahun 2020. Jumlah investor ini didominasi milenial dan sebanyak 99 persen merupakan investor ritel.

Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan pasar modal Indonesia terbukti mampu bertahan di tengah pandemi yang melanda sejak 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat jatuh hingga ke posisi terendah di level 3.900 setelah pemerintah mengumumkan kasus pertama Covid-19 di Indonesia. Namun menjelang akhir 2021 ini, pasar modal disebut telah pulih dari dampak pandemi. 

"Pasar modal Indonesia telah pulih dan kembali mencatatkan rekor-rekor pertumbuhan baru baik dari segi perdagangan, pertumbuhan perusahaan tercatat serta investor," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi, di acara CEO Networking 2021, Selasa (16/11).

Hal tersebut tercermin dari posisi IHSG yang telah berhasil mencatatkan rekor tertinggi baru di level 6.691 pada 11 November 2021 diikuti dengan kapitalisasi pasar yang mencapau total Rp 8.215 triliun. Selain itu, rata-rata nilai transaksi meningkat 45 persen menjadi Rp 13,4 triliun per hari.

Sementara itu, rata-rata frekuensi transaksi juga meningkat hingga sebanyak 91 persen menjadi 1,3 juta transaksi per hari. Kenaikan frekuensi ini diikuti pula dengan peningkatan volume transaksi sebesar 76 persen menjadi 20 miliar saham per hari. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement