REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata (Asita) optimistis meski pemerintah meniadakan cuti bersama pada momen Natal dan Tahun Baru, kegiatan masyarakat untuk berwisata tetap mengalami peningkatan. Pasalnya, momen akhir tahun merupakan waktu masyarakat untuk menikmati liburan.
"Momen tahun baru ini agak unik, karena akhir tahun itu waktunya liburan bukan kerja. Masyarakat sudah jenuh bekerja setahun," kata Wakil Ketua Asita Budijanto Ardiansjah kepada Republika.co.id, Rabu (27/10).
Budijanto memahami, kebijakan peniadaan cuti bersama Nataru ditiadakan pemerintah demi mencegah adanya pergerakan masyarakat yang tinggi yang dapat menyebabkan penularan Covid-19 kembali meningkat. Namun, momen akhir tahun dinilai sulit untuk mencegah masyarakat tidak memanfaatkan untuk liburan.
Apalagi, kata Budi, perusahaan swasta justru banyak yang biasanya meliburkan diri menjelang pergantian tahun. Adapun lembaga pemerintah, program-program kerja maksimal diselesaikan sekitar tanggal 20 Desember.
Di satu sisi, pada masa pandemi, beban pekerjaan juga tidak begitu besar karena adanya keterbatasan aktivitas. "Saya tidak mau mengatakan kebijakan itu efektif mencegah kerumunan, tapi peniadaan liburan di akhir tahun itu rasanya tidak akan memberikan efek yang besar," ujarnya.
Adapun kebijakan pemerintah dalam menggeser tanggal merah dalam hari-hari besar sepanjang tahun ini, dinilai Budi memang efektif mencegah kerumunan. Pasalnya, itu dilakukan memang bukan dalam momentum liburan apalagi waktu libur juga terbatas.
Sejauh ini, Budi menuturkan, aktivitas wisata saat ini masih didominasi wisata jarak dekat. Khusus wisata jarak jauh yang memerlukan transportasi udara kembali mengalami kendala akibat aturan pemerintah yang mewajibkan tes PCR.
"Kemarin sudah sempat menggeliat cuma ada PCR jadi tersendat lagi. Kita masih menganalisa sejauh apa dampaknya. Meskipun biaya PCR diturunkan tapi kan tidak semua orang punya uang berlebih," kata Budi.