REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk (GMF) menandatangani nota kesepahaman dengan PT Angkasa Pura (AP) I (Persero). Nota kesepahaman tersebut menjadi landasan awal bagi GMF dan AP I untuk melakukan penjajakan kerja sama pengelolaan lahan milik AP I di Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar.
“Penjanjian kerja sama pengelolaan lahan ini untuk pengembangan dan operasional hanggar ke depannya,” kata Direktur Utama AP I Faik Fahmi dalam pernyataan tertulisnya, Rabu (27/10).
Faik menjelaskan, posisi Makassar tergolong strategis untuk menggarap pasar di kawasan Indonesia bagian tengah dan timur. Dia menuturkan, transportasi udara di kawasan Indonesia tengah dan timur menjadi salah satu tumpuan dalam mendorong pergerakan penumpang maupun kargo.
“Potensi ini karena menawarkan akses yang lebih mudah dan cepat dibandingkan moda transportasi lainnya,” ujar Faik.
Untuk itu, Faik menegaskan hal tersebut menjadikan Makassar sebagai pasar potensial untuk menjangkau kawasan Indonesia tengah dan timur. Untuk menangkap potensi tersebut, Faik menilai kolaborasi antara AP I dan GMF dalam mengelola lahan tersebut dapat dilakukan untuk menarik investor dalam pembangunan hanggar beserta fasilitas pendukungnya.
“Sehingga ini bisa menciptakan multiplier effect seperti pembukaan lapangan kerja, akselerasi ekonomi, serta nilai tambah bagi pemangku kepentingan,” tutur Faik.
Sementara itu, Direktur Utama GMF Andi Fahrurrozi mengatakan kolaborasi tersebut juga sejalan dengan rencana bisnis GMF. Khususnya dalam menangkap peluang perawatan pesawat saat momentum industri aviasi bangkit kembali.
Andi mengakui, pandemi yang saat ini masih terjadi sangat memukul sektor aviasi. Kondisi tersebut menurutnya sangat mendorong GMF untuk memastikan strategi pemulihan kinerja dapat terimplementasi secara maksimal.
“Strategi recovery memang masih menjadi fokus kami saat ini. Namun demikian, kami optimistis bahwa industri aviasi dapat segera pulih dalam beberapa tahun ke depan,” kata Andi.
Untuk itu, Andi menilai kolaborasi yang dilakukan dengan AP I menjadi kesempatan GMF untuk mempersiapkan diri. Khususnya dalam menangkap peluang dan mengantisipasi momentum tersebut.
Dengan mengoperasikan hanggar di Makassar maka terdapat potensi kedekatan lokasi dengan customer di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. “Kemudahan akses yang ditawarkan ini diharapkan dapat membantu menekan biaya operasional operator penerbangan dan memperkuat industri aviasi di kawasan domestik,” jelas Andi.