REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian ESDM mencatatkan realisasi penambahan pembangkit listrik yang beroperasi di tahun ini tak lebih dari 1.000 MW. Pasalnya, demand listrik belum membaik memaksa pemerintah dan PLN melakukan negosiasi kepada investor pembangkit untuk menunda beroperasinya pembangkit.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Rida Mulyana menjelaskan hingga September tahun ini penambahan pembangkit baru tercatata 936,62 MW atau baru 15 persen dari target yang dipasang sebesar 6,1 GW.
"Pertama, memang karena pandemi ini kan membatasi pergerakan orang dan barang ya. Kedua, posisinya saat ini yang nyerap listrik aja masih sedikit karena dampak pandemi juga kan. Jadi kalau kita mau jadiin semua pembangkit hari ini juga siapa yang mau nyerap," ujar Rida dalam konferensi pers, Kamis (21/10).
Rida menjelaskan, hal ini bisa dikomunikasikan kepada semua stakeholder di sektor ini. Para pengusaha pun sepakat untuk menunda berdirinya pembangkit listrik yang sebenarnya secara pembangunan sudah selesai.
"Kita berharap memang pertumbuhan konsumsi listrik akan semakin membaik. Hal ini ditandai dengan beban puncak kita pada september ini juga lebih baik daripada bahkan sebelum pandemi di 2019 lalu," ujar Rida.
Total pembangkit yang saat ini beroperasi mencapai kapasitas 73,6 GW padahal konsumsi per kapita Indonesia tercatat masih 1.109 kwh per kapita. Rida memerinci, untuk 2021 ini pembangkit yang baru masuk antara lain PTLD sebesar 95 mw. Sedangkan PLTG sebesar 175,8 MW. PLTA sebesar 289,3 MW, PLTP sebesar 57 MW. Sedangkan PLTU sebesar 305 MW.