Senin 11 Oct 2021 21:05 WIB

Ekspor Perikanan Kalsel Mulai Menggeliat

Selama 2021 permintaan ekspor perikanan terus mengalami kenaikan signifikan.

[ilustrasi] Aktivitas nelayan saat bongkar muat hasil tangkapan ikan laut (ilustrasi). Ekspor perikanan Kalsel dinilai mulai menggeliat.
Foto: EPA/Hotli Simanjuntak
[ilustrasi] Aktivitas nelayan saat bongkar muat hasil tangkapan ikan laut (ilustrasi). Ekspor perikanan Kalsel dinilai mulai menggeliat.

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN -- Ekspor sektor perikanan di Kalimantan Selatan (Kalsel) mulai menggeliat dengan bertambahnya permintaan berbagai jenis ikan dari provinsi ini ke berbagai negara. Kepala Dinas Perdagangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan Birhasani di Banjarmasin, Senin (11/10), mengatakan selama 2021 permintaan ekspor perikanan terus mengalami kenaikan signifikan.

Seperti permintaan Agustus yang naik signifikan menjadi sebanyak 418.106 kilogram atau naik signifikan dibanding September yang hanya 186.908 kilogram. Begitu juga dengan nilai ekspor perikanan sebelumnya hanya 3,2 juta dolar AS lebih menjadi 7,7 juta dilar AS.

Baca Juga

Menurut Birhasani, kendati nilai ekspor sektor perikanan tersebut, masih jauh dibanding produk unggulan lainnya, seperti sektor pertambangan dan perkebunan, namun diharapkan, ke depan ekspor perikanan tersebut akan terus meningkat dan manjadi peluang pertumbuhan ekonomi baru Kalsel yang menjanjikan. Terdapat sembilan negara tujuan ekspor perikanan, baik dari Eropa, Amerika dan Asia.

"Tujuan negara ekspor berbagai jenis ikan kita terus bertambah, rata-rata negara tersebut meminta kepeting, udang, serta produk hasil laut lainnya," katanya.

Secara keseluruhan komoditas ekspor Kalimantan Selatan pada bulan Agustus mengalami peningkatan sebesar 23,21 persen dengan nilai mencapai 880,3 juta dolar AS lebih dibanding Juli sebesar 714,4 juta dolar AS. Ekspor terbesar masih didominasi oleh sektor pertambangan sebesar 635,3 juta dolar AS naik dibanding Juli sebesar 519,9 dolar AS lebih dan sawit 189,2 juta dolar AS naik dibanding Juli sebesar 134,6 juta dolar AS.

Sedangkan produk karet, tambah Birhasani ke sedikit mengalami penurunan dari sebelumnya. 16,3 juta dolar AS menjadi 13,6 dolar AS. "Kalau karet memang cenderung berfluktuatif, karena sangat ditentukan oleh musim, biasanya kalau musim penghujan produksi akan turun," katanya.

Begitu juga produk kayu juga turun pada Juli sebesar 29,1 juta dolar menjadi 26,8 dolar AS. "Beberapa produk lain, seperti produk-produk UMKM juga cenderung mengalami penurunan," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement