REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta BUMN melakukan transformasi dalam proses bisnis yang baik dan juga fokus terhadap bisnis inti. Menurut Erick, dua hal ini menjadi penting agar BUMN tak lagi terjerumus dalam jeratan utang seperti yang terjadi pada masa terdahulu.
"Orang-orang bertanya, ini BUMN banyak sekali utangnya. Utang-utang itu merupakan utang lama," ujar Erick saat talkshow inspiratif bertajuk bangkit bareng yang diselenggarakan Republika di Jakarta, Selasa (28/9).
Oleh karena itu, Erick mendorong transformasi BUMN dengan memastikan model bisnis yang tepat serta menjalankan proyek berdasarkan proses bisnis yang benar. Erick menyebut BUMN juga harus melakukan percepatan digitalisasi di era keterbukaan saat ini.
"Yang tidak kalah penting itu proses bisnis yang baik, bukan berdasarkan proyek. Kita tidak mau karena penugasan ini banyak proyek mangkrak dan terjadi korupsi, ini karena tanpa proses bisnis yang baik," ucap Erick.
Erick mencontohkan utang PT Krakatau Steel (Persero) yang sebesar dua miliar dolar AS atau setara Rp 31 triliun. Kata Erick, beban utang ini diakibatkan investasi pada blast furnace atau peleburan tanur tinggi senilai 850 juta dolar AS yang saat ini justru mangkrak.
"Ini kan hal yang tidak bagus, pasti ada indikasi korupsi, kita akan kejar siapa pun yang merugikan karena ini bukan ingin menyalahkan, tapi penegakan hukum terhadap proses bisnis yang salah harus kita perbaiki," lanjut Erick.
Baca juga : Erick Thohir Ingatkan Persaingan Ketat Pascapandemi
Erick mengatakan utang tersebut mengakibatkan Krakatau Steel dalam kondisi tidak sehat dan mengalami kerugian selama delapan tahun. Erick menyampaikan Krakatau Steel mulai melaksanakan restrukturisasi utang Rp 30 triliun sejak akhir 2018 hingga Januari 2020 dengan melibatkan 10 bank nasional, swasta, dan luar negeri.
Erick menyebut restrukturisasi merupakan tahap pertama dalam upaya penyehatan Krakatau Steel. Alhasil, ucap Erick, Krakatau Steel dapat melakukan efisiensi beban bunga dari 847 juta dolar AS menjadi 466 juta dolar AS.
"Restrukturisasi alhamdulillah sudah berjalan dengan baik. Krakatau Steel berhasil meraup keuntungan Rp 67 miliar pada Agustus 2020 dan meningkat menjadi Rp 800 miliar pada Agustus 2021," ungkap Erick.
Upaya penyelamatan kedua, lanjut Erick, melalui pembentukan subholding anak usaha. Erick ingin subholding anak usaha dapat menciptakan rantai pasok yang terintegrasi, mulai dari air, listrik, dan lahan untuk dikelola secara profesional di kawasan Krakatau Steel.
"Kita akan go publik subholding supaya ada pendanaan baru untuk menyicil utang 2 miliar dolar AS tersebut," kata Erick.
Terakhir, ungkap Erick, Krakatau Steel tengah melakukan negosiasi untuk meningkatkan porsi saham menjadi sama besar dengan Pohang Iron and Steel Company (Posco) dari Korea Selatan. Erick menyebut Krakatau Steel telah menjalin kerja sama yang baik selama tujuh tahun terakhir.
"Sepertinya ada kesepakatan kita akan naik jadi 50:50 dan sebenarnya kalau mereka tidak mau ya boleh saja, tetapi melalui pendekatan b to b secara profesional, saya datang berapa kali, kemarin juga bapak presiden datang ini membuat percaya diri dengan mitra kita," ucap Erick.
Erick mengingatkan Krakatau Steel untuk terus melakukan transformasi dan mengantisipasi perubahan ke depan. Erick menilai impor dalam industri baja masih menjadi tantangan bagi Krakatau Steel.
Ia meminta Krakatau Steel menjaga rantai pasok yang terintegrasi agar menekan ketergantungan terhadap impor. "Terima kasih kepada direksi dan komisaris Krakatau Steel, dengan restrukturisasi utang, perbaikan arus kas, efisiensi, ada proses bisnis yang baik, akhirnya yang tadinya delapan tahun rugi terus-menerus, sekarang bisa untung Rp 800 miliar," kata Erick menambahkan.
Baca juga : Refocusing PAK, Pemkot Surabaya tak Potong Tunjangan ASN