REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona negatif pada perdagangan awal pekan ini, Senin (27/9). Pada hari ini, IHSG ditutup melemah 22 poin atau terkoreksi 0,36 persen menjadi 6.122,49.
Penurunan pasar saham domestik hari ini didominasi oleh sektor teknologi, keuangan serta infrastruktur yang bergerak melemah kali ini. Di sisi lain, investor asing masih membukukan pembelian bersih sebesar Rp355 miliar.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan melemahnya indeks IHSG dipengaruhi sentimen eksternal. "Pergerakan pasar saham Asia bergerak fluktuatif, tampaknya terbebani kondisi di China saat ini dimana sebelumnya pasar dikhawatirkan efek domino dari krisis utang Evergrande Group," kata Nico, Senin (27/9).
JP Morgan memprediksi, otoritas China mengizinkan deleveraging utang sektor properti untuk mengurangi moral hazard. JP Morgan juga meyakini Evergrande Group dapat secara aktif mengelola restrukturisasi sehingga membatasi dampak ke finansial.
Selanjutnya, pasar dikejutkan krisis energi di China dimana wilayah bagian utara kini dilanda pemadaman listrik. Pasar khawatir ini akan menjadi krisis baru di China. Menurut Nico, kelangkaan energi yang terjadi tentunya akan menggangu aktivitas produksi.
Selain itu, sikap pasar juga cenderung berhati-hati karena lonjakan harga minyak ke level tertinggi dalam tiga tahun sehingga memicu ketakutan inflasi. Goldman Sachs mengatakan, defisit pasokan-permintaan minyak global saat ini lebih besar dari perkiraan.
Sepanjang hari ini, Indeks LQ45 bergerak melemah dan koreksi sebesar 0,57 persen. Saham–saham yang mendominasi penguatan di antaranya UNTR, PGAS, MEDC, WIKA, dan PTPP. Sedangkan saham–saham yang medominasi penurunan di antaranya UNVR, ACES, ERAA, EXCL, dan TINS.