REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan pandemi menjadi momentum untuk bersiap diri dan tetap produktif bagi para pelaku industri kreatif. Hal ini disampaikan Erick saat bertemu dengan sejumlah pengusaha lokal Bali yang bergerak di sektor UMKM, inovasi produk, ekonomi kreatif, teknologi digital, dan startup pada Ahad (19/9).
Erick berharap para UMKM, inovator, enterprenuer, dan startup sudah berada selangkah di depan untuk mengembangkan bisnis setelah pandemi berakhir. Dorongan semangat tersebut disampaikan Menteri BUMN, Erick Thohir ketika bertemu dengan sejumlah pengusaha lokal Bali yang bergerak di sektor UMKM, inovasi produk, ekonomi kreatif, teknologi digital, dan startup, Ahad (19/9) yang ada di tiga kota Pulau Dewata, Jembrana, Denpasar, dan Benoa. Termasuk pula ke STMIK Primakara di Denpasar, yang khusus mendidik para pengelola usaha rintisan yang mendapat dukungan dari Bank Mandiri dan PT Telkom.
"Satu hal yang saya apresiasi dari temen-teman di Bali, pandemi memang melemahkan pariwisata yang menjadi andalan Bali. Tapi di sisi lain, saya melihat selama pandemi muncul kreativitas dan inovasi yang menandakan mereka bersiap diri. Ada semangat dan sikap optimisme tinggi bahwa yang jatuh, bisa bangkit lagi," ujar Erick, dikutip Senin (20/9).
Oleh karenanya, sesuai dengan tupoksi Kementerian BUMN terhadap para UMKM atau entreprenuer baru, ucap Erick, fokus dukungan yang bisa diberikan meliputi pendanaan, akses pasar, dan logistik. Terdapat beberapa BUMN yang bisa mendukung kemajuan industri ekonomi kreatif dan juga UMKM sehingga selain memberi bantuan, juga pendampingan agar bisnis sektor yang menggerakkan ekonomi di tingkat terbawah itu bisa berputar.
"Kita benahi infrastruktur, seperti pembangunan jalon tol karena ongkos logistik di Indonesia mahal. Bisa 26 persen, sementara negara Asia Tenggara lainnya di bawah 15 persen. Jika logistik mahal, maka nilai kompetitifnya mahal," ucap Erick.
Mengenai pendanaan, lanjut Erick, BUMN memiliki holding ultra mikro yang terdiri atas BRI, Pegadaian, dan Penanaman Modal Madani yang bisa memfasilitasi pinjaman Rp 1 hingga Rp 4 juta dengan bunga murah.
Sementara akses pasar, kata Erick, Kementerian BUMN mempunyai platform PaDi (Pasar Digital) UMKM. Dengan didasari atas prinsip bahwa sebuah usaha tidak bisa berdiri sendiri, PaDi UMKM yang kini menampung hampir 10 ribu UMKM menjadi marketplace yang bisa diakses BUMN untuk memenuhi kebutuhannya melalui UMKM.
"Dengan akses PaDi UMKM ini semua pihak bergotong royong antara BUMN, swasta, UMKM, dan sektor bisnis lainnya agar semua yang terlibat diuntungkan. Bersama PaDI, para UMKM itu langsung terintegrasi dengan OSS (One Stop Service) Kementerian Investasi dan kemudahan mendapat sertifikasi dari Kementerian Perindustrian," lanjut Erick.
Erick menyebut keberadaan PaDi sudah dirasakan, salah satunya oleh Penenunan Astiti asal Desa Geigei, Klungkung yang mendapat pendampingan dari Telkom untuk digital marketing. Usaha kain endek dan songket yang dikelola Nyoman Sudasa, 73 tahun, merasakan manfaat dari PaDi UMKM yang dalam sebulan terakhir menyumbang transaksi online senilai Rp 13 juta.
"Saya juga sudah proyeksikan, jika pengembangan pelabuhan Benoa oleh Pelindo III selesai, maka saya akan mengalokasikan 100 persen arena komersial di pelabuhan Benoa untuk menampung produk dan hasil karya para pengusaha lokal untuk mempromosikan dan menjual produk mereka," kata Erick.