REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Integrasi PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I-IV (Persero) akan membentuk empat klaster. Keempat klaster yang akan dibentuk yakni peti kemas, non peti kemas, logistik dan hinterland development, serta marine, equipment dan port services.
Direktur Utama Pelindo I Prasetyo mengungkapkan terdapat letak sebatan subholding integrasi Pelindo.
"Non Peti kemas nanti di Medan namanya Pelindo Multi Terminal," kata Prasetyo dalam konferensi video rancangan integrasi Pelindo, Rabu (1/9).
Untuk klaster peti kemas, Prasetyo mengatakan akan berada di Surabaya dengan nama Terminal Peti Kemas Indonesia. Sementara untuk klaster logistik akan berada di Jakarta dan nama perusahaannya uakni Pelindo Solusi Logistik. Sementara untuk klaster marine, equipment, dan port services akan berada di Makassar.
Dia memastikan, setelah Pelindo terintegrasi maka nama perusahaan akan berubah. "Untuk nama Pelindo terintegrasi namanya PT Pelabuhan Indonesia (Persero). Kalau dulu terpisah ada I sampai IV nanti cukup Pelindo saja," jelas Prasetyo.
Meskipun begitu, Direktur Utama Pelindo II Arif Suhartono mengatakan integrasi Pelindo selanjutnya tidak akan dikelola berdasarkan wilayah. Arif menegaskan, pengelolaan integrasi Pelindo berdasarkan lini bisnis sehingga dapat fokus untuk mengembangkan potensi bisnis ke depan.
"Pemfokusan klaster-klaster bisnis akan meningkatkan kapabilitas dan keahlian yang akan berdampak pada peningkatan kepuasan pelanggan melalui kualitas layanan yang lebih baik dan peningkatan efisiensi dalam penggunaan sumber daya keuangan, aset, dan SDM," tutur Arif.
Sementara itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) II Kartika Wirjoatmodjo mengatakan dengan terintegrasinya Pelindo akan memiliki banyak manfaat bagi perusahaan. Begitupun juga ekonomi nasional.
Kartika menuturkan, integrasi Pelindo akan membuka kesempatan perusahaan untuk go global. "Integrasi ini akan meningkatkan posisi Pelindo menjadi operator terminal peti kemas terbesar kedelapan di dunia dengan total throughput peti kemas sebesar 16,7 juta TEUs,” ungkap Kartika.