Kamis 19 Aug 2021 11:30 WIB

AS Batasi Kapasitas Penumpang Maskapai China

Pembatasan ini dilakukan sebagai aksi balasan AS terhadap kebijakan serupa oleh China

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Teguh Firmansyah
 China Eastern Airlines.
Foto: Reuters/Jon Woo
China Eastern Airlines.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Departemen Transportasi AS pada Rabu (18/8), mengatakan akan membatasi kapasitas penumpang dari penerbangan maskapai China hingga 40 persen. Pembatasan dilakukan selama empat minggu, setelah Pemerintah China memberlakukan batasan serupa pada empat penerbangan United Airlines.

China mengatakan kepada United Airlines pada 6 Agustus bahwa otoritas Beijing menjatuhkan sanksi setelah menuduh lima penumpang yang melakukan perjalanan dari San Francisco ke Shanghai dinyatakan positif Covid-19 pada 21 Juli. Sebagai tanggapan atas tindakan China, AS akan membatasi kapasitas penumpang terhadap penerbangan empat maskapai China.

Baca Juga

Pemerintah AS mengatakan, kebijakan China telah melanggar perjanjian layanan udara negara. China juga telah menempatkan kesalahan yang tidak semestinya pada operator, sehubungan dengan pelancong yang melakukan positif Covid-19 setelah kedatangan mereka di China.

Departemen Transportasi AS menambahkan, operator tidak memiliki sarana untuk memverifikasi secara independen hasil tes positif yang dituduhkan oleh otoritas China. Selain itu, tidak ada cara untuk menentukan di mana atau kapan seorang pelancong tertular virus.

Pihak berwenang China memberikan United tiga pilihan, yaitu membatalkan dua penerbangan San Francisco ke Shanghai, mengoperasikan dua pesawat tanpa penumpang, atau mengoperasikan empat penerbangan dengan kapasitas penumpang hingga 40 persen.

Pemerintah AS akan memberlakukan batasan yang sama pada empat maskapai China selama empat pekan. Empat maskapai tersebut yaitu Air China, China Eastern Airlines, China Southern Airlines, dan Xiamen Airlines.

Batasan diberlakukan karena banyak siswa China terbang ke AS untuk memulai kelas musim gugur.

Sejak pandemi Covid-19, China dan AS telah berdebat tentang layanan udara.

Pada Juni 2020, AS mengancam akan melarang penerbangan penumpang Cina, setelah Beijing tidak setuju untuk memulihkan penerbangan maskapai AS.

Maskapai penerbangan AS secara sukarela menghentikan penerbangan ke China setelah wabah virus Corona.  Presiden Donald Trump yang saat itu masih menjabat, pada 31 Januari 2020 melarang kedatangan semua warga negara non-AS yang telah berada di China dalam 14 hari terakhir.

Pemerintahan Presiden Joe Biden pada bulan April melonggarkan pembatasan pada siswa China yang bepergian ke sekolah-sekolah AS. Pelonggaran ini berlaku pada 1 Agustus.

Perjanjian udara antara China dan AS memungkinkan kedua negara untuk mengoperasikan lebih dari 100 penerbangan mingguan. Tetapi hanya sebagian kecil maskapai penerbangan yang saat ini beroperasi.

United Airlines mengaku puas dengan kebijakan yang diberlakukan oleh  Departemen Transportasi AS. Tindakan ini sangat penting dalam mengejar keadilan di pasar industri penerbangan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement