REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II tercatat tumbuh 7,07 persen secara tahunan (year on year/yoy) dan 3,31 persen secara kuartalan (quarter to quarter/qtq). Tercapainya pertumbuhan positif mengeluarkan Indonesia dari masa resesi yang berlangsung sejak kuartal II 2020 lalu.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, mengatakan, pertumbuhan ekonomi kuartal kedua yang kembali ke positif didukung oleh perbaikan aktivitas ekonomi. Itu lantaran mobilitas masyarakat yang mulai menunjukkan perbaikan. Mobilitas berperan penting dalam meningkatkan berbagai aktivitas, termasuk transportasi.
Selain itu, vaksinasi masyarakat juga mulai masif yang diikuti dengan penurunan tren kasus Covid-19 sehingga memberikan kepercayaan konsumen dalam kegiatan ekonomi. "Pada kuartal II 2020 aktivitas lebih banyak di rumah dan aktivitas ekononomi mengalami perlambatan, lalu di kuartal I 2021 lebih baik tapi masih ada hambatan. Lalu pada kuartal II 2021 ada perbaikan yang signifikan," kata Margo dalam konferensi pers, Kamis (5/8).
Pertumbuhan ekonomi negatif mulai terjadi pada kuartal II 2020 dimana Covid-19 mulai masuk ke Indonesia dan menyebabkan kebijakan pembatasan sosial secara besar-besaran. Saat itu pertumbuhan ekonomi secara tahunan (year on year) anjlok hingga minus 5,32 persen. Selanjutnya minus 3,49 persen dan minus 2,19 persen pada kuartal III dan kuartal IV 2020.
Adapun pada kuartal I 2021 pertumbuhan masih minus 0,71 persen dan kembali pada level positif pada kuartal II sebesar 7,07 persen.
Meski demikian, Margo menegaskan, pemicu pertumbuhan ekonomi yang signifikan selain didukung oleh perbaikan aktivitas masyarakat juga karena basis data pembanding kuartal II 2020 anjlok. Pada saat itu, produk domestik bruto atas dasar harga konstan (PDB ADHK) turun mennadi Rp 2.589,82 triliun.
"Sementara pada kuartal II 2021, PDB ADHK itu mencapai Rp 2772,83 triliun. Itulah kenapa ekonomi kuartal II tahun ini tumbuh 7,07 persen karena kuartal II tahun lalu drop sekali," ujar dia.