REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI memperkirakan penurunan jumlah penumpang akan terus terjadi. Khususnya selama diterapkannya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat di Jawa dan Bali.
"Ke depan, jumlah pelanggan kereta api akan semakin turun seiring dengan semakin gencarnya pemerintah melakukan sosialisasi terkait PPKM darurat kepada masyarakat," kata VP Public Relations KAI Joni Martinus, Kamis (8/7).
Joni memastikan, KAI siap mendukung penuh upaya pemerintah untuk menekan penyebaran Covid-19 di Indonesia pada masa PPKM darurat. Dia menuturkan, KAI juga sudah mengurangi jumlah tiket yang dijual selama PPKM darurat.
Dia mengatakan, KAI hanya menjual tiket sebanyak 70 persen dari kapasitas maksimal tempat duduk untuk KA jarak jauh dan KA bandara. Selain itu, KAI juga hanya menjual 50 persen tiket KA Lokal.
Sementara itu, Joni menuturkan, kereta rel listrik (KRL) Jabodebek hanya mengizinkan maksimal 32 persen atau 52 pelanggan per kereta. Sebelumnya, kata Joni, KRL Jabodebek memberlakukan aturan 74 penumpang per kereta.
“Untuk menjaga agar jumlah pengguna di dalam KRL sesuai aturan tersebut, KAI Commuter lakukan penyekatan yang lebih ketat di stasiun-stasiun ramai khususnya pada jam-jam sibuk pada pagi dan sore hari,” ungkap Joni.
Selain memangkas kapasitas penumpang, Joni mengatakan, KAI juga mengurangi jumlah perjalanan kereta api untuk mengoptimalkan pembatasan mobilisasi masyarakat yang tidak memiliki keperluan mendesak. Dia mengungkapkan, rata-rata kereta api yang dijalankan KAI Group pada PPKM darurat adalah 1.241 kereta perhari."Jumlah kereta yang dioperasikan turun 13 persen dibanding periode bulan Juni yaitu 1.430 kereta perhari," jelas Joni.