REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) merevisi target kapasitas pengembangan kilang. Semula, perusahaan migas pelat merah tersebut mentargetkan pembangunan 6 kilang baru yang akan mendongkrak kapasitas kilang dari sebelumnya 1 juta barel per hari menjadi 2 juta barel per hari.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan, karena pengembangan energi ke depan mengarah pada EBT dan listrik, Pertamina perlu melakukan penyesuaian target kapasitas. "Jadi 1 juta barel menjadi 2 juta ini direvisi. Dari 1 juta sekarang jadi 1,425 juta per hari jadi peningkatannya adalah 425 ribu per hari," kata Nicke dalam rapat bersama DPR, kemarin.
Nicke mnejelaskan tambahan 425 ribu bph ini nantinya akan berasal dari Grass Root Refinery (GRR) Tuban sebesar 300 ribu bph, kemudian dari Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan sebesar 100 ribu bph, dan dari Kilang Balongan sebesar 25 ribu bph.
Pertamina sebelumnya menyatakan, megaproyek modernisasi dan pembangunan kilang minyak Refinery Development Master Plan (RDMP) dan Grass Root Refinery (GRR) akan meningkatkan kapasitas produksi hingga dua kali lipat dari saat ini 1 juta barel per hari menjadi 2 juta barel per hari.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional, Djoko Priyono juga menjelaskan, saat ini Pertamina fokus menyelesaikan pembangunan tiga kilang yang akan onstream secara bertahap sampai 2027 mendatang.
Untuk Kilang Balikpapan, kata Djoko, saat ini progresnya 33,09 persen. Rencananya, kilang ini akan beroperasi pada 2024 mendatang. "Ini menghasilkan produk 350 barel dan pakai crude yang sulfurnya 0,2 persen. Fase kedua, akan membangun creating unit dengan sulfur 3,5 persen di 2026," ujar Djoko.
Sedangkan untuk Kilang Tuban, rencana pembangunan proyek Grass Root Refinery (GRR) Tuban ini sedikit mundur dari target rampung di akhir tahun 2026 menjadi Juni 2027. Mundurnya rencana operasi kilang tersebut, kata Djoko, disebabkan terkendalanya pekerja teknis imbas pandemi Covid-19.
"Timeline project GRR Tuban akan mundur sekitar 6 bulan terkait dengan kemarin engineering design-nya mengalami kemunduran 6 bulan karena Covid-19 di negaranya. Ini yang mengerjakan desain dan juga lisensornya karena lockdown," kata Djoko menjelaskan.