REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki melepas ekspor briket tempurung kelapa ke Arab Saudi dan Jordania. Pelepasan tersebut dilakukan dari Makassar, Sulawesi Selatan.
Ekspor sebanyak tiga kontainer dari CV Coconut Internasional Indonesia itu bernilai 35 ribu dolar AS per kontainer. Menteri mengatakan, ekspor briket merupakan salah satu potensi ekspor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) karena pasarnya ada di seluruh dunia. "Ekspor briket ini harus didukung dari sisi pembiayaan dan pendampingan. Tujuannya agar volumenya terus meningkat," kata Menkop melalui keterangan resmi, Selasa (1/6).
Ia menyatakan, potensi ekspor UMKM sangat besar. Apabila setiap daerah bisa fokus pada berbagai produk unggulan UMKM yang akan dikembangkan. Sulawesi Selatan saja, memiliki banyak produk unggulan mulai dari produk kelautan, pertanian, kopi, dan kakao. "Jika tiap daerah bisa melakukan identifikasi produk unggulan dan secara serius melakukan pendampingan bagi tiap UMKM, ekspor akan meningkat," kata Teten.
Guna mendorong ekspor UMKM, Teten menegaskan perlu sinergi semua pihak, mulai dari perbankan lewat Himbara, Pemda, BUMN, dan pemerintah pusat. Saat ini, ekspor UMKM masih 14 persen dari volume ekspor nasional, ditargetkan dapat mencapai 17 persen pada 2024.
Teten mengatakan, Kemenkop terus mempersiapkan ekosistem yang mendukung UMKM go global. Usaha itu dilakukan mulai dengan pembinaan UMKM lewat pendampingan model inkubasi.
"Pendampingan dilakukan secara profesional mulai dari peningkatan produksi, kurasi sampai dapat sertifikasi yang dibutuhkan di negara tujuan ekspor," jelasnya. Ia juga mendorong perbankan menyalurkan pembiayaan bagi UMKM dengan porsi yang lebih besar.
Penyaluran kredit dari perbankan kepada UMKM baru mencapai 19,8 persen. Jumlah ini masih sangat rendah dari porsi kredit ideal 30 persen kepada UMKM.
Teten berharap perbankan dapat mengubah pendekatan penyaluran kredit dari pendekatan aset ke cashflow. "Bank harus berubah, untuk menyalurkan kredit jangan lagi hanya mengutamakan pendekatan aset lihat juga track record cashflow. Buat apa aset banyak kalau cashflow rendah," tegasnya.
Ia sangat mengharapkan tidak ada UMKM yang terganjal pembiayaan demi meningkatkan produksi dan ekspor. Apalagi, pemerintah melalui kebijakan KUR terus menyalurkan kredit yang lebih besar kepada UMKM.
Kebijakan KUR bagi kredit mikro juga semakin dipermudah dengan meningkatkan nilai kredit tanpa agunan dari Rp 50 juta menjadi Rp 100 juta. Bahkan nantinya, KUR dapat menyalurkan kredit hingga Rp 20 miliar bagi UMKM. Di samping itu, ada LPDB yang juga mendukung pembiayaan bagi koperasi produksi.
Pemilik CV Coconut Internasional Indonesia Asriani mengatakan, permintaan ekspor briket ke Timur Tengah mencapai 10 sampai 20 kontainer per bulan. Hanya saja, perusahaan cuma bisa memenuhi 3 sampai 5 kontainer per bulan karena terkendala modal kerja. "Kami sebenarnya bisa meningkatkan produksi 5 kali lipat, kapasitas mesin bisa memproduksi hingga 2 kontainer per hari. Namun kami belum bisa mewujudkannya karena modal usaha terbatas," kata Asriani.
Ia mengatakan, perusahaan mendapatkan bahan baku briket tempurung kelapa dari 15 kelompok tani. Setiap kelompok tani beranggotakan 15 petani.