Rabu 05 May 2021 02:13 WIB

CORE: Pemulihan Ekonomi Kuartal Satu 2021 Masih Negatif

Pada kuartal satu 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mengalami resesi.

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Pemulihan ekonomi nasional. Ilustrasi
Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Pemulihan ekonomi nasional. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) memastikan kondisi ekonomi dan keuangan Indonesia normal pada kuartal satu tahun ini. Hal ini seiring pemulihan ekonomi yang berlanjut di tengah pandemi Covid-19.

Menyikapi hal tersebut, Center of Reform on Economics (CORE) menilai pemulihan ekonomi pada kuartal satu 2021 belum bergerak dari level pertumbuhan negatif. Hal ini disebabkan dari beragam indikator seperti kebijakan pemerintah pada awal bulan mengeluarkan kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) secara ketat, sehingga membatasi pergerakan aktivitas masyarakat.

Baca Juga

“Saya kira memang pertumbuhan ekonomi masih akan  berada level negatif sepanjang kuartal satu 2021. Meskipun dua bulan berikutnya PPKM kemudian dilonggarkan, namun nampaknya kebijakan ini belum mampu mendorong kepercayaan konsumen terutama dua bulan awal tahun ini,” ujar Ekonom CORE Yusuf Rendy ketika dihubungi Republika, Selasa (4/5).

Dari sisi lain, menurutnya, pos pada bantuan pemerintah sudah mulai tidak disalurkan lagi seperti misalnya subsidi gaji akan ikut mendorong penyesuaian terhadap konsumsi rumah tangga. Kemudian pada kuartal dua 2021 peluang pertumbuhan ekonomi bisa tumbuh ke level positif cukup besar.

“Hal ini didorong adanya momentum ramadan dan lebaran yang mendorong permintaan dan juga beragam bantuan yang telah disalurkan oleh pemerintah,” ucapnya.

Yusuf menyebut peluang konsistennya pertumbuhan ekonomi setelah kuartal dua 2021, akan sangat dipengaruhi kebijakan pemerintah dalam penanganan pandemi. Jika tren penurunan kasus Covid-19 bisa dipertahankan melalui percepatan vaksinasi dan meningkatkan kapasitas test, tracing dan isolasi. 

“Serta perbaikan pada penyaluran bantuan pemerintah, peluang tetap tumbuh positif pada level positif terjaga,” ucapnya.

Sementara Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menambahkan pemulihan ekonomi Indonesia terbilang lebih lambat dari perkiraan awal. Pada kuartal satu 2021 pertumbuhan ekonomi masih mengalami resesi, negara peers dan mitra dagang mencatatkan pertumbuhan positif. 

“Pertumbuhan ekonomi diperkirakan minus satu persen pada kuartal satu 2021, sementara untuk mencapai total pertumbuhan ekonomi lima persen diperkirakan akan sulit,” ucapnya.

Menurutnya faktor mobilitas yang belum kembali ke baseline dan pelarangan mudik lebaran masih jadi penghambat laju konsumsi domestik. Selain itu belanja pemerintah yang serapannya cenderung rendah juga tidak bisa diharapkan bagi ekonomi yang sedang butuh stimulus fiskal.

“Faktor yang bisa meningkatkan kinerja ekonomi bertumpu pada momentum kenaikan ekspor sepanjang Januari sampai Maret dan akan terus berlanjut,” ucapnya.

Berdasarkan data BPS per Januari sampai Maret 2021, ekspor non migas tercatat naik 17,14 persen. Adapun harga komoditas mengalami supersiklus seperti sawit (CPO) tumbuh 45,3 persen disusul oleh batubara naik 8,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Perbaikan ekspor juga berkaitan dengan naiknya permintaan di negara tujuan ekspor utama seperti China, ekspor meningkat fantastis 62,9 persen selama kuartal satu 2021. Tak ketinggalan AS menjadi pasar dengan kenaikan ekspor 15,9 persen,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement