REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengatakan saat ini sedang mencoba proyek co-firing batu bara dengan cangkang kelapa sawit. Namun, jika proyek ini akan dikerjakan secara masal di semua PLTU, maka perlu adanya kepastian pasokan cangkang kelapa sawit ini.
Wakil Direktur Utama PLN Dharmawan Prasodjo menjelaskan saat ini PLN sudah melakukan uji coba co-firing di 10 PLTU milik PLN. Ia mengatakan, program co-firing ini berjalan dengan baik, dan juga sudah ada banyak contoh seperti di Jepang.
Namun, kata Dharmawan jika memang ini akan digunakan secara masal, ia menilai perlu adanya kepastian harga dan kepastian volume cangkang kelapa sawit tersebut. Sebab, PLN kata Dharmawan punya kebutuhan yang cukup besar.
"Apakah mungkin perlu adanya domestic market obligation (DMO) untuk atur volume cangkang sawit dan juga persoalan harga. Jadi orientasinya bukan hanya untuk pasar ekspor. Tapi juga untuk pasar dalam negeri," kata Dharmawan secara virtual, Senin (26/4).
Dharmawan menjelaskan untuk cangkang yang digunakan co-firing selama ini dihargai 95 dolar AS per ton. Sedangkan Jepang juga mengkonsumsi cangkang ini dengan harga 110 dolar AS per ton.
"Ketika saya hitung di dalam negeri harganya jadi 65 dolar AS per ton. Itu untuk yang kalori tinggi. Nah, saya rasa perlu ada kebijkasanaan dari pemerintah untuk bisa menjaga harga ini, karena kebutuhan kami juga sangat besar," ujar Dharmawan.