REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perusahaan Gas Negara (PGN) menyatakan, tahun 2020 menjadi tahun penuh tantangan bagi perusahaan. Perusahaan merugi sebesar 264,7 juta dolar AS. Padahal, di tahun 2019 kemarin perusahaan masih mengantongi laba sebesar 67,5 juta dolar AS.
Direktur Keuangan PGN Arie Nobelta Kaban menjelaskan tahun 2020 merupakan tahun penuh tantangan bagi PGN, karena ketidakpastian kondisi global dan nasional akibat pandemi Covid-19 yang sangat berdampak pada kinerja PGN selama tahun 2020. Hal ini lah yang membuat perusahaan harus menelan kerugian sepanjang 2020 kemarin.
"Terkait kinerja keuangan tahun 2020 yang mengalami kerugian, terutama disebabkan oleh faktor eksternal seperti sengketa pajak mengenai PPN pada periode tahun 2012-2013 dan juga penurunan aset di sektor minyak dan gas," kata Arie, Ahad (11/4).
Dari laporan keuangan PGN, kerugian yang dialami oleh perusahaan didorong juga penurunan pendapatan yang cukup tajam. Tercatat sepanjang 2020 perusahaan membukukan pendapatan sebesar 2,8 miliar dolar AS. Angka ini turun jika dibandingkan pendapatan pada 2019 yang mencapai 3,8 miliar dolar AS.
Penurunan pendapatan ini dikarenakan sepanjang 2020, PGN harus menelan penurunan permintaan. Dari sisi Niaga gas saja, dari pihak yang berelasi PGN hanya mampu meraup pendapatan sebesar 799 juta dolar AS. Sedangkan dari pihak ketiga sebesar 1,5 miliar dolar AS. Kedua komponen ini anjlok daripada 2019 masing masing sebesar 991 juta dolar AS dan 1,9 miliar dolar AS.
Penjualan minyak dan gas dari pihak ketiga juga mengalami penuruna yang tajam. Dari 219 juta dolar AS pada 2019 turun tajam menjadi 47,3 juta dolar AS pada 2020. Sedangkan Transmisi gas juga turun dari 76,8 juta dolar AS ke 60,3 juta dolar AS.
Sedangkan dari sisi niaga gas bumi, dampak pandemi Covid-19 menggerus konsumsi gas dari sisi industri dan komersial. Di 2020, penjualan gas bumi dari sisi industri dan komersial hanya 2,2 miliar dolar AS. Padahal, di 2019 PGN mampu mengantongi pendapatan dari sektor ini sebesar 2,9 miliar dolar AS.
Padahal, dari sisi Rumah Tangga, mengalami peningkatan dari 9,2 juta dolar AS di 2019 menjadi 14,3 juta dolar AS di 2020. Namun, kenaikan konsumsi gas di sektor rumah tangga tak bisa menutupi penurunan sektor industri dan komersial yang terjun bebas.
Meski posisi keuangan perusahaan terpuruk, Arie kembali menegaskan bahwa sebenarnya jika tidak ada kasus sengketa pajak, PGN masih bisa mencatatkan laba bersih sebesar 92,5 juta dolar AS pada tahun 2020 kemarin. Laba ini, malah kata Arie lebih besar dibandingkan 2019 sebesar 67,5 juta dolar AS.
"Apabila tanpa kedua faktor yang di luar kendali Manajemen di atas, kinerja keuangan PGN masih mencatat laba bersih. Manajemen telah melakukan berbagai upaya untuk menjaga kinerja Perusahaan, antara lain untuk sengketa pajak di Mahkamah Agung," ujar Arie.
Arie pun optimistis di tahun ini, perusahaan masih bisa bertahan dan mencatatkan keuangan yang cukup baik. Sebab, ada banyak strategi dan upaya yang dilakukan perusahaan agar bisa menjaga kondisi keuangan perusahaan.
"Diharapkan dari upaya dan strategi jangka panjang yang akan dilaksanakan, di tahun 2021 PGN akan mendapatkan reserve tax, realisasi insentif, keuntungan kegiatan operasional, efisiensi, dan optimasi capex dan opex, yang bermuara pada mencetak laba dan perbaikan kinerja," ujar Arie.