Kamis 01 Apr 2021 15:06 WIB

Kementan Kawal Penyuluh Food Estate Sumba Tengah

Kementan fokus pada peningkatan kemampuan penyuluh dampingi petani Food Estate

Koordinator Substansi Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluhan-Pusluhtan BPPSDMP Kementan, I Wayan Ediana memantau hamparan padi, sebagai output kinerja penyuluh mendampingi petani
Foto: Kementan
Koordinator Substansi Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluhan-Pusluhtan BPPSDMP Kementan, I Wayan Ediana memantau hamparan padi, sebagai output kinerja penyuluh mendampingi petani

REPUBLIKA.CO.ID, SUMBA TENGAH - Penyuluh pertanian di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya Kabupaten Sumba Tengah harus bekerja ekstra keras mendukung pengembangan food estate, lumbung pangan baru, yang menjadi program super prioritas Kementerian Pertanian.

"Pemerintah khususnya Kementan mendukung penuh pendampingan petani food estate Sumba Tengah, dengan meningkatkan kemampuan penyuluh untuk mengawal dan mendampingi petani," kata Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi saat audiensi dengan Bupati Paulus SK Limu di Waibakul, ibukota Kabupaten Sumba Tengah pada Rabu (31/3).

Sebelumnya, Dedi Nursyamsi didampingi Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian (Pusluhtan) Leli Nuryati menemui Gubernur NTT, Victor B Laiskodat di kantornya di Kupang. Kementan, kata Dedi, khususnya Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mendukung pendampingan petani food estate Sumba Tengah di NTT maupun Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah.

Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo menegaskan komitmen Kementan memaksimalkan semua lini agar pendampingan bagi petani di lokasi food estate dapat berjalan maksimal, salah satunya dengan pembentukan Tim Pendamping/Detasering.

“Ini langkah yang bagus. Jangan ada kata mundur atau berhenti. Kita harus fight, secara teknis semua unit kerja Kementan harus bekerja dan mendukung," kata Mentan Syahrul saat pelepasan Tim Pendamping/Detasering food estate.

Setelah pengukuhan sejumlah pengurus gabungan kelompok tani (Gapoktan) Food Estate Sumba Tengah oleh Bupati Paulus SK Limu, Dedi Nursyamsi memotivasi penyuluh setempat untuk bekerja keras mendukung program super prioritas Kementan di NTT tersebut.

"Indeks keberhasilan penyuluh adalah peningkatan produktivitas pertanian, dari tiga ton menjadi empat ton, demikian seterusnya. 10 tahun ke depan, penyuluh akan naik jenjang menjadi Kadistan, bukti itu saya temui di Kabupaten Banggai dan Aceh Tengah," kata Dedi.

Kepala BPPSDMP mengutip arahan Mentan Syahrul agar penyuluh bekerja tak ubahnya 'penembak jitu' karena keberhasilan ditentukan the man behind the gun, bukan semata kecanggihan senjata atau peralatannya.

"Penyuluh dimaksud, paham kondisi tanah di sawah. Kalau warnanya terang, pertanda kurang subur karena bahan organiknya kurang. Tanah berwarna gelap, tanda kandungan organik tinggi, sumber kehidupan mikroba atau jasad renik di dalam tanah," kata Dedi Nursyamsi.

Ia pun meminta penyuluh mengajak petani membuat kompos, bahan bakunya banyak di sekitar persawahan. Gunakan sisa panen, pupuk kandang, sisa gulma untuk ditumpuk kemudian tambahkan kapur, siram dengan air agar lembab kemudian tutup dengan terpal."Dua minggu kemudian barulah dibuka terpalnya, pasti warnanya sudah gelap, pertanda siap dikembalikan ke tanah untuk menyuburkan tanah," tutur Dedi Nursyamsi.

Arahan dan 'kuliah singkat' Kepala BPPSDMP Kementan,  memotivasi penyuluh Sumba Tengah. "Analogi penembak jitu dan faham kondisi tanah sangat berkesan dan membuka wawasan penyuluh," kata Koordinator Kelembagaan dan Ketenagaan Penyuluhan - Pusluhtan I Wayan Ediana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement