Selasa 23 Mar 2021 17:55 WIB

Kondisi Belum Stabil, GPBSI Sulit Mendata Bioskop yang Buka

GPBSI menyebut pengusaha harus siap merugi bila bioskop terus buka

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas merapikan tanda jarak pada kursi penonton di studio Bioskop CGV 23 Paskal, Kota Bandung. Meski sebagian bioskop telah kembali beroperasi, melakukan pendataan nasional masih menjadi pekerjaan rumah yang berat. Hal itu disampaikan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas merapikan tanda jarak pada kursi penonton di studio Bioskop CGV 23 Paskal, Kota Bandung. Meski sebagian bioskop telah kembali beroperasi, melakukan pendataan nasional masih menjadi pekerjaan rumah yang berat. Hal itu disampaikan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski sebagian bioskop telah kembali beroperasi, melakukan pendataan nasional masih menjadi pekerjaan rumah yang berat. Hal itu disampaikan Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Gabungan Pengelola Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI) Djonny Syafruddin. 

Djonny menyampaikan, situasi belum stabil akibat pandemi Covid-19. Mendata bioskop yang sudah beroperasi terkendala sejumlah hal. "Sejak pandemi susah dilacak. Sekarang buka nanti berapa lama tutup lagi. Jadi lebih baik tunggu reda dan tunggu kepastian," kata Djonny kepada Republika.co.id.

Dia menyoroti, kondisi bioskop di Indonesia sangat beragam, tergantung teritorial daerah. Bioskop di ibu kota negara dan sekitarnya berada di daerah potensial, yang kerap diistilahkan sebagai strata satu. Meski begitu, belum semua bioskop Jabodetabek kembali buka.

Ada pula bioskop yang berlokasi di kota besar, seperti Bandung, Surabaya, Semarang, Medan, dan lainnya. Pengelola di kota-kota itu pun kesulitan. Belum lagi, bioskop dengam jaringan mini serta bioskop independen yang tersebar di sejumlah daerah.

 

GPBSI mewakili para pengusaha bioskop yang terdiri dari Cinema XXI, CGV, Cinepolis, Dakota Cinema, Platinum, Flix Cinema, Kota Cinema, Lotte Cinema, New Star Cineplex, dan bioskop independen. Data terakhir mengenai jumlah gedung dan layar dihimpun GPBSI pada Oktober 2020 silam.

Jaringan bioskop Cinema XXI memiliki 218 gedung dan 1.182 layar. Jaringan bioskop CGV memiliki 68 gedung dan 397 layar. Jaringan bioskop Cinepolis punya 62 gedung yang terdiri dari 308 layar. Sementara, jaringan bioskop New Star Cineplex punya 27 gedung dan 58 layar.

Jaringan bioskop Platinum sebanyak 10 gedung dan 34 layar. Untuk bioskop independen/mini jaringan seperti Dakota Cinema, Flix Cinema, Kota Cinema, dan Lotte Cinema jumlahnya perlu ditinjau kembali. Namun, penghitungan totalnya sekitar 22 gedung dengan 75 layar.

Data dari 34 provinsi, ada 32 yang sudah memiliki bioskop sementara dua belum ada. Pendataan tersebut merupakan total kepemilikan gedung dan layar, namun GPBSI belum dapat memastikan mana yang sudah kembali beroperasi dan mana yang belum. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement