Jumat 19 Feb 2021 17:55 WIB

Wamen Angela: GeNose C19 akan Digunakan Sektor Parekraf

GeNose C19 saat ini menjadi alat testing yang cepat, biaya terjangkau dan akurat

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Hiru Muhammad
Seorang anak melakukan tes deteksi COVID-19 dengan metode GeNose C19 di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/2/2021). Kewajiban tes GeNose C19 bagi calon penumpang kereta api merupakan kelengkapan syarat perjalanan sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19.
Foto: Antara/Didik Suhartono
Seorang anak melakukan tes deteksi COVID-19 dengan metode GeNose C19 di Stasiun Pasar Turi, Surabaya, Jawa Timur, Senin (15/2/2021). Kewajiban tes GeNose C19 bagi calon penumpang kereta api merupakan kelengkapan syarat perjalanan sebagai upaya pencegahan penyebaran COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Angela Tanoesoedibjo, menyatakan, pihakanya akan mengupayakan agar alat pendeteksi Covid-19, GeNose C19 akan digunakan secara masif untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. "Dalam upaya ini, Kemenparekraf akan upaya gunakan metode screening GeNose C19 secara masif," kata Angela dalam Konferensi Pers Hybrid Launching GeNose C19 di Jakarta, Jumat (19/2).

Ia menuturkan, GeNose C19 saat ini menjadi alat testing yang lebih cepat, biaya terjangkau, berakurasi tinggi, serta sangat nyaman digunakan. Ia pun mengapresiasi para peneliti dan industri yang sudah bekerja sama untuk memproduksi alat tersebut dan dikomersialisasikan.

Menurut Angela, GeNose C19 mudah cocok untuk diterapkan sebagai metode screening demi mendeteksi virus Covid-19 pada wisatawan. Sejauh ini, Accor Group sebagai salah satu induk perusahaan jaringan hotel terbesar di Indonesia telah meneken perjanjian untuk penggunaan alat tersebut. "Saya sangat apresiasi yang dukung penggunaan alat ini sebagai salah satu bentuk protokol kesejatan. Tapi kami berharap 3M dan 3T juga tetap dilakukan," kata dia.

Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro, menjelaskan, GeNose C19 ditemukan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) dan telah melalui proses uji validasi sejak September 2020. Uji tersebut utamanya membandingkan hasil kerja GeNose C19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) yang menurut WHO menjadi standar utama.

Ia menjelaskan, hasil uji validasi menunjukkan tingkat akurasi GeNose C19 dalam mendeteksi Covid-19 mencapai 95-97 persen. Hasil itu, menurutnya menunjukkan masih ada yang meleset namun sangat minoritas sehingga alat tersebut mendapatkan izin edar sejak 24 Desember 2020."Kami tidak mau kompromi. Kita akan endorse kalau sudah dapat izin dan cerita mengenai akurasinya. Maka kita kenalkan GeNose C19 untuk metode screening," katanya.

Adapun kebutuhan untuk screening karena melihat dampak pandemi yang sangat besar terhadap sektor pariwisata. Bambang menjelaskan, tujuan adanya screening untuk mencegah adanya orang yang mengidap Covid-19 di suatu tempat umum. Dengan begitu, bisa meminimalisasi kekhawatiran masyarakat saat ini. "Kita harapkan pelan-pelan timbul kepercayaan sehingga kegiatan pariwisata bisa bergerak lagi," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement