Ahad 07 Feb 2021 20:15 WIB

Perusahaan AS Banyak Beralih Bangun Pabrik Masker

Pandemi membuat banyak perusahaan di AS beralih membangun pabrik masker.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Nora Azizah
Pandemi membuat banyak perusahaan di AS beralih membangun pabrik masker (Foto: ilustrasi)
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pandemi membuat banyak perusahaan di AS beralih membangun pabrik masker (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Pandemi telah mengubah situasi perekonomian, terutama perusahaan yang tidak sedikit kemudian membangun pabrik masker baru. Sebelum Covid-19 melanda, AS mengimpor banyak peralatan perlindungan pribadi yang dibutuhkan oleh penyedia layanan kesehatan, terutama dari Asia.

Beberapa perusahaan AS berputar dalam krisis, seperti perusahaan minuman keras yang memproduksi pembersih tangan dan perusahaan plastik yang membuat pelindung wajah. Tetapi satu item yang masih terbatas pasokannya adalah masker wajah N95, yang memberikan filtrasi tingkat tinggi terhadap kontaminan udara dan diatur secara ketat oleh Pemerintah AS.

Baca Juga

Memanfaatkan peluang tersebut, Dan Izhaky, presiden United Safety Technology Inc, mempertaruhkan 4 juta dolar AS agar perusahaan rintisannya membuka pabrik masker N95 baru yang mungkin siap dalam beberapa pekan. Ia berharap pandemi akan membuat orang Amerika bersedia mengeluarkan uang untuk masker wajah berkualitas tinggi dari pabrik barunya yang dibangun di pinggiran Los Angeles.

Sementara pabrik masih dilengkapi mesin, tujuan Izhaky ialah membuat satu juta masker sehari tatkala sudah beroperasi nanti. Ia mengatakan, jika mereka segera mendapat persetujuan dari regulator, pabrik tersebut dapat mengirimkan jumlah tersebut pada akhir kuartal kedua.

Namun, membangun pabrik masker baru selama pandemi ini bukan tanpa resiko. Izhaky menghadapi pertanyaan besar soal apa yang terjadi setelah pandemi.

"Pertanyaan besar yang kami hadapi adalah apa yang terjadi setelah pandemi. Ketika Anda memiliki administrator rumah sakit atau siapa pun yang bertanggung jawab untuk membeli dan melirik masker buatan AS yang harganya lebih mahal," kata Izhaky, dilansir di Reuters, Ahad (7/2).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement