REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Raksasa minyak Royal Dutch Shell mengalami kerugian bersih 21,7 miliar dolar AS (Rp 303,8 triliun) pada tahun lalu setelah pandemi virus corona menyebabkan permintaan minyak merosot. Pengumuman itu muncul setelah dua pesaingnya, BP dan Exxon, membukukan kerugian besar serupa, dilansir di BBC, Kamis (4/2).
Ke depan, Shell mengatakan ketidakpastian yang signifikan akan terus berdampak negatif pada permintaan produk minyak dan gas. Akibatnya, mereka mengatakan mungkin perlu mengambil langkah-langkah untuk memangkas produksi.
Pada September tahun lalu, Shell mengumumkan bahwa hingga 9.000 pekerjaan akan tersebar di seluruh dunia karena perusahaan menanggapi dampak pandemi. Bulan lalu, pihaknya mengatakan memangkas 330 pekerjaan dari operasinya di Laut Utara.
Bahkan sebelum virus menyerang, industri minyak sudah harus memikirkan kembali rencana masa depannya sebagai bagian dari transisi dari bahan bakar fosil. Dampak Covid berarti perusahaan seperti Shell mempercepat transisi itu.
Perusahaan minyak besar lainnya juga merasakan tekanan. Pada Selasa (2/2), BP melaporkan bahwa mereka rugi 18,1 miliar dolar AS pada tahun 2020, menandai kerugian tahunan pertamanya dalam satu dekade.
Pada hari yang sama, raksasa AS Exxon Mobil membukukan kerugian tahunan sebesar 22,4 miliar dolar AS.