REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Starbucks Corp pada hari Selasa (26/1) melaporkan penurunan penjualan kuartalan yang lebih besar dari perkiraan. Dampak dari lonjakan baru dalam kasus virus corona di Amerika Serikat membuat pelanggan tetap di rumah dan berpengaruh besar pada penjualan peritel kopi tersebut.
Penjualan toko global rantai kopi terbesar di dunia tersebut turun 5 persen pada kuartal yang berakhir 27 Desember. Kinerja ini lebih buruk dari perkiraan analis yang memproyeksikan penurunan 3,4 persen, menurut data Refinitiv IBES. Saham Starbucks turun sedikit dalam perdagangan yang diperpanjang.
Gelombang kedua infeksi COVID-19 dan pembatasan yang menyertainya mengganggu rantai pasok kopi. Hal ini menghambat upayanya untuk meningkatkan permintaan melalui peluncuran produk dan drive-thru baru.
Penjualan turun 6 persen untuk wilayah Amerika. Ini juga lebih buruk dibandingkan proyeksi analis yakni penurunan 5,2 persen.
Tetapi di China, pasar pertumbuhan terbesar Starbucks, penjualan naik 5 persen. Ini karena perusahaan diuntungkan dari popularitas program penghargaan dan kembalinya kebiasaan konsumen sebelum virus corona.
Pelanggan juga menghabiskan lebih banyak uang per pesanan. Ini membantu mengimbangi lebih sedikit transaksi.