Miliarder Vietnam, Tran Dinh Long sejatinya tak memiliki pengalaman di bidang baja ketika dia memutuskan bergabung dalam industri baja pada pertengahan 1990-an. Ia bertaruh Vietnam akan membutuhkan lebih banyak lagi baja seiring dengan berkembangnya negara.
"Yang saya miliki hanyalah hasrat dan tak ada rasa takut," ujar pendiri dan ketua Hoa Phat Group yang dikutip dari Bloomberg News di Jakarta, Rabu (20/1).
Beberapa dekade kemudian, bisnis tersebut menjadi begitu sukses sehingga menjadikan wirausahawan berusia 59 tahun itu menjadi miliarder.
Baca Juga: Miliarder Maskapai Ini Berharap Bakal Ada Paspor Vaksinasi Covid
Saham Hoa Phat pun naik lebih dari dua kali lipat tahun lalu karena keuntungan melonjak pada pembuat baja terbesar yang terdaftar di negara itu. Hal itu mendorong kekayaan Long dan istrinya menjadi 1,9 miliar dolar AS (Rp 26 triliun) setelah memperhitungkan saham yang dijaminkan, menurut Bloomberg Billionaires Index.
Long memiliki 26 persen saham Hoa Phat, ia mengatakan saham tersebut tidak dinilai terlalu tinggi meskipun rasio harga terhadap pendapatan mendekati tertinggi dalam lebih dari satu dekade.
Perusahaan tersebut menjadi lambang pertumbuhan ekonomi Vietnam yang bahkan melebar tahun lalu ketika banyak negara lain terjangkit virus corona. Vietnam relatif tidak terluka oleh pandemi, mencatat kurang dari 1.600 kasus.
"Sebuah negara industri baru harus membangun banyak infrastruktur," kata Long dalam sebuah wawancara di Hanoi. Dan itu membutuhkan besi dan baja, katanya.
Ekonomi Vietnam tumbuh 2,9 persen pada tahun 2020, dan produk domestik bruto diharapkan meningkat 7,6 persen tahun ini menurut perkiraan median ekonom.
"Jika ekonomi tumbuh 7 hingga 8 persen, permintaan baja akan meningkat 10 hingga 12 persen," kata Long.
Lebih lanjut, Hoa Phat membukukan peningkatan pendapatan 40 persen dan lonjakan laba 56 persen dalam sembilan bulan yang berakhir September dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Itu terjadi ketika Vietnam meningkatkan belanja infrastruktur. Total investasi publik negara itu mencapai 406,8 triliun dong atau setara dengan 17,6 miliar dolar AS dalam 11 bulan pertama tahun 2020, menurut Kantor Statistik Umum. Itu adalah level tertinggi selama periode dalam dekade terakhir.
Long kembali ke jajaran miliarder setelah kehilangan status itu pada 2018 ketika saham Hoa Phat merosot.
Penduduk asli Hanoi ini memulai Hoa Phat dengan teman-temannya pada tahun 1992 sebagai distributor peralatan dan suku cadang konstruksi bekas. Pada tahun 1996, mereka memutuskan untuk beralih ke baja. Pada 2017, perusahaan membangun kompleks baja Dung Quat senilai USD2,6 miliar di Vietnam tengah.
Hoa Phat memiliki tujuan untuk mengembangkan kompleks baja Dung Quat kedua mulai Januari 2022 dan mulai beroperasi sekitar tiga tahun kemudian, menurut Long. Idenya adalah untuk memenuhi permintaan yang meningkat akan kumparan canai panas. Proyek ini dapat membantu meningkatkan pendapatan dan keuntungan tahunan sebanyak 80 persen dari level saat ini.