REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno mengakui pehamanan masyarakat terhadap wisata halal masih belum satu frekuensi. Kemenparekraf masih terus menampung masukan dari masyarakat terkait gagasan wisata halal.
"Saya sebagai pelaku pariwisata halal dan ekonomi kreatif, saya tahu sekali pemahaman ini belum satu," kata Sandiaga dalam diskusi daring, Rabu (13/1).
Ia sekarang sedang menampung masukan dari delapan bupati di daerah yang ia kunjungi termasuk Danau Toba, Sumatra Utara dan Manggarai Barat, NTT. "Intinya semua masukan kita tampung agar kita memiliki pemahaman yang sama," kata Sandiaga.
Kendati demikian, ia sepakat wisata halal yang dimaksud yaitu pariwisata ramah kepada MUslim. Oleh karena itu, ia tengah menggali terminologi apa yang tepat agar tidak memunuculkan pro dan kontra di masyarakat.
"Kita mesti pikirkan terminologi ini. Fokus kita mestinya pada substansi, meliputi aspek 17 subsektor ekraf dan beragam layanan yang family friendly atau Muslim friendly," ujar Sandiaga.
Ia berharap agar gagasan wisata halal tidak memunculkan kontroversi. Sandiaga mengatakan, Presiden Joko Widodo juga telah berpesan kepadanya agar konsep wisata halal tidak memunculkan kegaduhan di masyarakat.
"Jangan ada potensi gaduh yang dipakai saat pandemi Covid-19 ini, keterbukaan ekonomi kita harus bersatu padu. Saya ingin Covid-19 justru mempersatukan kita," kata Sandiaga.