Rabu 23 Dec 2020 13:31 WIB

Natal Diprediksi Buat Harga Bitcoin Bergejolak, Ini Alasannya

Natal Diprediksi Buat Harga Bitcoin Bergejolak, Ini Alasannya

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
Natal Diprediksi Buat Harga Bitcoin Bergejolak, Ini Alasannya. (FOTO: Unsplash/André François McKenzie)
Natal Diprediksi Buat Harga Bitcoin Bergejolak, Ini Alasannya. (FOTO: Unsplash/André François McKenzie)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Bitcoin berjangka senilai US$2,3 miliar atau Rp32,8 triliun akan berakhir pada hari Natal. Dalam tweet hari Senin, penyedia data crypto Skew melaporkan bahwa 102.200 opsi Bitcoin (BTC) akan kedaluwarsa pada hari Jumat menurut laporan Cointelegraph, Rabu (23/12/2020).

Kontrak opsi memungkinkan pemegangnya untuk membeli atau menjual Bitcoin dengan harga tertentu, yang dikenal sebagai harga kesepakatan. Kedaluwarsa hari Jumat memiliki klaster penting di sekitar harga kesepakatan US$15.000 dan harga kesepakatan US$20.000, menurut Skew.

Baca Juga: Bitcoin Makin Melejit, Ini Alasannya

Tanggal kedaluwarsa kontrak opsi Bitcoin secara luas dianggap sebagai peristiwa yang tidak stabil untuk cryptocurrency andalan karena saat kadaluwarsa makin dekat, pemegang menyesuaikan kontrak mereka. Pedagang yang mendapat untung juga dapat memutuskan untuk menerima pembayaran dan membuang cryptocurrency.

Peristiwa semacam itu diketahui menyebabkan fluktuasi besar pada nilai Bitcoin. Biasanya, dampak kontrak pada harga BTC menjadi lebih jelas kira-kira satu atau dua hari sebelum kedaluwarsa.

Perdagangan derivatif kripto telah melonjak tahun ini karena lebih banyak pedagang dan investor institusional mencari tambahan eksposur Bitcoin. Minggu lalu, platform turunan kripto Deribit mulai menawarkan Bitcoin berjangka dengan harga kesepakatan US$100.000 yang berakhir pada 24 September 2021. Dengan kata lain, penggemar Bitcoin yang berpikir cryptocurrency akan mencapai enam digit sekarang dapat mengambil taruhan itu di pasar berjangka.

Bitcoin saat ini berada di tengah-tengah pasar bullish yang sebagian didorong oleh investor institusional dan perdagangan over-the-counter besar. Bahkan, dengan volatilitas masa depan yang diantisipasi, ada peluang bagus bahwa Bitcoin akan tetap didukung dengan baik oleh permintaan institusional dan munculnya apa yang disebut dompet tidak likuid-yaitu, alamat yang telah mengirimkan kurang dari 25% BTC yang pernah mereka terima. Chainanalysis percaya dompet tidak likuid memegang 77% dari 14,8 juta BTC yang ditambang yang belum hilang.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement